oleh Ferry Is Mirza
Penulis adalah Wartawan Utama dan Sekertaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim
ALHAMDULILLAHI RABBILALAAMIIN setelah 30 hari penuh kita menunaikan ibada puasa Ramadhan, Senin kemarin kita merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski bulan suci penuh barakah dan magfirah sudah kita jalani, bukan berarti kita finish beribadah.
Puasa tetap di anjurkan..
Menutup aurat tetap diperintahkan..
Menjaga lisan tetap diterapkan..
Membaca Al Qur’an tetap harus dirutinkan..
Shalat berjamaah tetap diwajibkan..
Sedekah tetap ditunaikan..
Qiyamul Lail tetap harus dikerjakan..
Berdo’a tetap diperlukan..
Dzikir tetap dirutinkan..
Ganjaran amal shalih tetap terus berjalan..
Finish beribadah bukan 1 Syawal..
Finish ibadah bukan Hari Raya..
Finish ibadah bukan ketika Ramadhan berakhir..
Karena kita diperintahkan beribadah sampai mati, bukan sampai Idul Fitri..
“Dan beribadahlah kepada Rabb mu sampai datangnya kematian”.
(Qs. Al-Hijr : 99)
Maka beribadahlah terus hingga datang kematianmu, bukan ketika Ramadhan telah berlalu..
Jadilah Rabbaniyun, jangan jadi Ramadhaniyun..
Robbaniyun adalah orang yang semangat beribadah pada bulan Ramadhan dan ia tetap terus semangat beribadah meskipun Ramadhan telah berakhir..
Sedangkan Ramadhaniyun adalah orang yang semangat beribadah pada bulan Ramadhan saja, sedangkan ketika Ramadhan selesai, maka ia kembali malas bahkan meninggalkan kebiasaan ibadahnya..
Dikatakan kepada sebagian ulama Salaf yang bernama Basyr Al-Hafi
“Ada sebagian kaum, mereka beribadah dan bersungguh-sungguh melakukan amalan ibadah di bulan Ramadhan. Akan tetapi ketika Ramadhan berakhir, mereka pun meninggalkan amalan ibadah tersebut”
Lantas beliau berkata, “Sejelek-jelek kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah Ta’ala di bulan Ramadhan”
(Miftahul Afkar li ta`ahhub li-daril qarar 2/23)
Bahkan siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian setelah Ramadhan selesai ia berniat maksiat kepada Allah di kawatirkan puasanya tertolak..
Ka’ab bin Malik berkata,
“Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dan ia berniat selepas Ramadhan untuk kembali berbuat maksiat kepada Rabbnya ; maka puasanya (dikhawatirkan) tidak diterima”
(Lathoiful Ma’arif hal. 378)
Karena itu hendaknya kita tetap berusaha istiqomah di atas amal shalih yang telah susah payah kita bangun di bulan Ramadhan, karena tanda diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya (Istiqomah setelah Ramadhan)
Barakallahu fiikum…
[email protected] dari Medinah Almunawarrah