Menilik Pengrajin Tas Anyaman Batik di Desa Karangan, Badegan Ponorogo
PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Meski dengan modal seadanya dan dalam kondisi pandemi Covid-19 serta tanpa bantuan dari pemerintah, Yulianti(35) warga Desa Karangan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo ini tetap eksis dan tekun mengembangkan usahanya dalam memproduksi tas anyaman batik dengan bahan dasar embos.
Yulianti bisa membuktikan eksistensinya sebagai pelaku ekonomi mikro untuk tetap memproduksi tas anyaman batik dengan rata-rata 3 tas per hari. Selain dipasarkan secara offline tas tersebut juga dijual online melalui sosial media dan aplikasi penjualan online seperti shopee, Lazada, bukalapak.
Sampai saat ini Yulianti menerima pesanan online dari customer langganannya. Tidak berbeda dengan pengusaha yang lain jumlah pesanan yang diterima Yulianti juga mengalami penurunan dikarenakan kelangkaan bahan dan sedikitnya pemasok di wilayah Ponorogo.
Yulianti mengawali usaha tas anyaman batik yang diberi brand produk Natni Craft sejak tahun 2019. Berbekal mengikuti pelatihan pembuatan tas anyaman di desanya Yulianti mulai merintis usaha sebagai perajin tas anyaman batik. Tak hanya Yulianti saja yang bisa menganyam, namun suami dan anaknya juga ikut membantu dalam setiap produksi. Menurutnya pelatihan ini dapat membuka peluang usaha baru bagi masyarakat dalam upaya perkembangan perekonomian di Desa.
Proses pemesanan tas anyaman ini juga relatif mudah. Kita hanya perlu menyiapkan model batik yang kita suka dan mengirimkannya ke nomor whatsapp. Lama pengerjaan pesanan juga tergantung dari banyak tas yang kita pesan. Dalam sehari rata-rata bisa membuat 2-3 tas anyaman model batik dengan tingkat kesulitan sedang.
“Harga setiap tas anyam juga beragam dilihat dari ukuran dan tingkat kesulitan. Untuk pola polos dibandrol dari Rp10.000,00 – Rp35.000,00 dan pola batik mulai dari Rp15.000,00 – Rp45.000,00,” ujar Yulianti.
Tas anyaman ini biasa dipesan untuk acara pernikahan atau biasanya orang jawa menyebutnya mbecek ataupun souvenir. Tak hanya pemesanan lewat whatsapp saja kini natnicraftstore juga tersedia di shopee untuk menjangkau semua konsumen di seluruh Indonesia.
Saat dikunjungi mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Ponorogo Gelombang 3 dari bidang ekonomi produktif, Yulianti juga menyampaikan suka duka yang dialami selama menjalani usaha ini salah satunya, harga jual yang tidak sebanding dengan tenaga kerja dalam setiap produksinya.
Hal ini sejalan dengan menurunnya minat masyarakat Indonesia dalam mencintai produk dalam negeri. Harus bersaing dengan brand luar negeri dari segi kualitas, bahan dan desain tentu menjadi faktor besar yang mempengaruhi perkembangan UMKM dalam merintis usaha baru.
Sebagai generasi muda yang cinta tanah air kita harus menjadi penggerak untuk menumbuhkan cintai terhadap produk dalam negeri. Mencintai produk dalam negeri berarti membeli, menggunakan, dan memanfaatkan produk buatan perusahaan atau kelompok usaha lokal Indonesia. Selain itu, mencintai produk dalam negeri juga membantu perusahaan serta kelompok usaha lokal untuk semakin maju, berkembang, dan semakin dikenal masyarakat luas.
“Saya berharap pemerinth kabupaten melalui dinas terkait untuk membantu pemenuhan bahan baku membuat tas anyaman agar proses produksi bisa berjalan dengan normal,” pinta Yulianti.(Tim)