Jelang Musda Demokrat, Tensi Mulai Meninggi Suasana Mulai Panas !
SURABAYA KANALINDONESIA.COM – Jelang Musda Partai Demokrat Jawa Timur yang akan digelar 20 Januari 2022 besok, suasana memanas mulai terasa.
Kedua kubu lewat ketua DPC saling beradu argument untuk menunjukkan eksistensi dan demokrasi yang dinamis di internal Partai berlambang bintang mercy biru ini.
Salah satu situasi memanas yang terlihat adalah pernyataan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Mojokerto, Ayub Busono yang merespon statemen Ketua DPC Partai Demokrat Lumajang Reno Zulkarnaen yang dinilainya kurang enak didengar. “Sebagai kader Partai Demokrat saya menyayangkan statemen Reno, tidak seharusnya dia mengatakan bahwa menyerahkan suara kepada Ketua Umum AHY,” cerita Ayub, Rabu (19/1/2022).
Dijelaskannya, statemen tersebut adalah bentuk yang tidak menghormati Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono sebagai pimpinan tertinggi Partai Demokrat. Reno sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPC Partai Demokrat Lumajang tugasnya adalah menjalankan amanat untuk memberikan suara di Musda.
“Ini kok malah dikembalikan lagi ke Ketua Umum, etikanya dimana?,” cetus Ayub serius.
Seharusnya, sebagai ketua DPC dan seluruh pemilik suara di Musda itu harus menjalankan hak untuk memilih ketua DPD Partai Demokrat Jatim. Karena ketua DPC itu mendapat mandat penuh dari Ketua Umum AHY untuk menjaga integritas dan tanggung jawab menjalankan demokrasi.
“Yang tanda tangan SK Plt Ketua DPC Lumajang itu Ketua Umum, jangan lupa!, Tolong jalankan amanat ketum AHY dan jangan dikembalikan lagi ke Ketum, ini sama saja tidak menghidupkan demokrasi di Partai Demokrat,” tegas Ayub.
Seperti diberitakan sebelumnya, Plt Ketua DPC Partai Demokrat Lumajang Reno Zulkarnaen melempar wacana akan memberikan hak suaranya kepada Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam Musyarawarah Daerah ke VI DPD Partai Demokrat Jatim. Salah satu agenda dari Musda ini adalah pemilihan Ketua periode 2021-2026. Sementara ini nama yang telah mencuat bakal maju menjadi Ketua Demokrat Jatim adalah Bayu Airlangga dan Emil E Dardak. Nang