Pantai Widuri, Legenda Lambang Orde Kesetiaan Cinta
PEMALANG, KANALINDONESIA.COM: Pantai Widuri atau orang dahulu orang menyebutnya dengan Pantai Tlincing adalah bentangan pantai yang bersih, dengan landai ombak kecil bersahabat.
Terletak di desa yang sekarang berubah secara admiminisratif dari desa menjadi Kelurahan Widuri, masuk wilayah Kecamatan Pemalang Kota.
Dengan terletak pada posisi yang sangat strategis, yaitu hanya 2 kilometer dari jalan raya pantai utara ( Pantura ), akses masuk ke destinasi wisata berhawa sejuk walaupun itu sebuah Pantai, bukan daerah pegunungan, akan tetapi rimbunya deretan ratusan pohon cemara, menjadikan sangat cocok, bagi para pemudik di hari lebaran nanti.
Baik pengendara dari arah Jakarta, Cirebon, Semarang, dan Surabaya atau sebaliknya, jika melintas di jalur paling ramai se pulau Jawa yang padat kendaraan lalu lintas nya, silahkan luangkan waktu istirahat di pantai Widuri.
Dengan menawarkan suguhan pantai nan asri, masih jauh dari kontaminasi limbah pabrik atau pencemaran polusi lainya.
Juga ada wisata religius dan sejarah, yang keberadaanya bisa menambah wawasan kita, akan perjalanan sebuah peradaban sejarah.
Ada legenda yang masih melekat di masyarakat bahwa nama Widuri sendiri adalah nama seorang wanita yang begitu setia kepada suaminya.
Pada saat itu konon cerita, Nyai Widuri ditinggal pergi ke medan perang oleh sang suami, sebelum berangkat suaminya berpesan kepada Widuri agar jangan sekali kali memperbolehkan laki laki siapapun berkunjung ke rumah. Sebelum dirinya pulang dari medan laga.
Di tengah separoh perjalanan cerita suaminya di kancah peperangan, pada suatu hari Nyai Widuri melihat ada laki laki terluka parah, menancap sebuah keris di tubuh laki laki asing itu, kejadianya di dekat pantai tempat tinggalnya.
Dari jauh Nyai Widuri melihat orang itu, sempoyongan dengan darah berceceran di tubuhnya, karena merasa kasihan, ditolonglah orang asing yang sedang luka parah, dibawa ke rumah untuk diobati, dengan penuh kasihan dan kehati hatian senjata keris yang menancap di tubuh orang itu berhasil di cabutnya, luka yang parah sedikit deni sedikit berangsur pulih, dengan diberi ramuan sebagai obat luar serta ada juga ramuan obat untuk diminum.
Setelah sekian hari dirawat akhirnya luka laki laki asing itu bisa sembuh, dan sebagai rasa terima kasih dia memberikan senjata keris yang pernah menancap melukai dirinya. Kemudian berpamitan pergi untuk meneruskan pengembaraanya.
Tak lama kemudian pulanglah sang suami Nyai Widuri dari medan peperangan, sesampai di rumah dia kaget melihat bekas air minum yang ada di dalam rumah, dipanggil dan kemudian ditanyalah Nyai Widuri oleh suaminya.
” Bekas tempat air minum siapakah gerangan yang ada di rumah kita,” ? yanya sang suami, dengan penuh kecurigaan .
Untuk menutupi kesalahannya Nyai Widuri mengatakan jika itu bekas air minum nelayan yang kehausan.
Akan tetapi sang suami kurang begitu percaya kepada istrinya.
Karena terus ditekan pertanyaan dari suaminya, akhirnya Nyai Widuri mengambil keris pemberian dari laki laki yang pernah ditolongnya.
Di hadapan suaminya Nyai Widuri berkata, dia akan menusukan keris ke perutnya, jika darah yang keluar berwarna merah berarti dia setia dengan janjinya, saat suami pergi berperang, akan tetapi jika darah yang keluar berwarna biru, berarti dia melanggar janji ketika suami berpesan agar tak membolehkan siapapun masuk ke rumah ketika dia berada di medan laga.
Tertembuslah perut Nyai Widuri dengan tancapan keris dari orang asing yang ditolongnya dan ternyata darah yang keluar dari perut Nyai Widuri berwarna biru.
Konon katanya warna biru yang mewarnai pantai itulah darah yang keluar dari perut seorang wanita setia bernama Nyai Widuri.
Dan ada sebuah lagu yang melegenda sampai sekarang, dibawakan oleh seorang penyanyi kelas dunia asli orang indonesia yaitu Bob Tutupoly penyanyi berciri khas, serak basah, tapi selalu bisa mencapai suaranya pada tingkatan nada tertinggi.
Di samping legenda tersebut, ada situs nyata komplek makam Belanda , berumur ratusan tahun, dimana keberadaannya adalah sebuah cagar budaya, lewat sebuah ketetapan Peraturan Daerah ( Perda ) kabupaten , berjuluk Pusere Jawa ini.
Itulah sepenggal cerita tentang destinasi wisata sebuah spot edukasi serta refleksi sejarah yang paling dekat dengan tempat kantor Bupati Pemalang.
Jika anda tertarik serta penasaran, silahkan nyalakan send lampu kuning berkedip kendaraan anda berbelok dari jalan raya pantai utara Pemalang, hanya beberapa menit, pantai Widuri akan anda jumpai.( ragil 74 ).








