Duh, Miris ! Anak-anak SD di Jombang Ini Kekurangan Guru dan Ruang Kelas

ARSO 18 Jul 2022 KANAL JATIM

JOMBANG, KANALINDONESIA.COM: Sungguh memprihatinkan, melihat kondisi dan situasi salah satu Sekolah Dasar Negeri di Jombang ini. Mengapa tidak, para siswa-siswi SDN Ngrimbi 2 di Dusun Wonorejo, Kecamatan Bareng, Jombang ini harus berbagi ruang kelas dan guru.

Kepala Sekolah SDN Ngrimbi 2, Turiyanti mengatakan jika hal itu terjadi karena memang minimnya jumlah penduduk setempat. Di samping itu, lahan bangunan sekolah diakui tidak luas dan langsung berdempetan dengan rumah warga setempat.

“Iya benar, berbagi ruang kelas dan guru. Sudah lama begini, karena memang jumlah penduduknya di dusun ini (Dusun Wonorejo, red) sedikit. Lahan sekolahnya ya bisa dilihat sendiri kalau begini, tidak bisa dibangun melebar,” ujarnya kepada awak media pada, Senin (18/7/2022).

Pasalnya, kondisi memprihatinkan tersebut diceritakan Turiyanti lebih lanjut, sudah berlangsung sejak 10 tahun an. Tak sekadar minim para pengajar dan ruang kelas sekolahan, rupanya di sekolah ini juga mengalami kekurangan badan pengajar.

“Sudah lama seperti ini, lebih 10 tahunan. Karena memang penduduknya di sini sedikit. Jadi penerimaan siswa baru tiap tahunnya itu memang sedikit, 5 sampai 10 siswa saja. Tapi untuk tahun ini menurun, hanya ada 4 siswa baru,” jelasnya saat ditemui di kantornya.

Guna menyiasati kekurangan ruang kelas dan pengajar, pihak sekolah menggabungkan 2 kelas jadi satu ruangan. Untuk para pengajarnya pun dibagi. Menurutnya hal itu dilakukan, agar pembelajaran terus berjalan dengan lancar.

“Kalau soal terganggu tidaknya, jangan sampai lah. Kami usahakan semaksimal mungkin, meskipun kelasnya digabung, belajar mengajar anak-anak tetap berjalan atau tidak saling merasa terganggu begitu,” katanya.

Proses belajar 38 siswa di sekolah ini dibagi 3 ruangan. Kelas 1 dan dua digabung, kelas 3 sendirian, kelas 4 dan 5 digabung jadi satu ruangan, serta kelas 6 digabung bersama ruangan kantor guru di sekolah setempat.

Kendati begitu, Turiyanti memastikan tidak mempengaruhi semangat belajar para siswa siswi setempat. Menurutnya para pelajar selama ini tetap menerima dan belajar dengan senang dan semangat.

“Saya liat dari raut wajahnya itu, meskipun anak desa tapi semangatnya tinggi. Meskipun sedikit (teman kelasnya, red) tidak apa-apa, mungkin sudah terbiasa ya. Di samping itu bapak – ibu gurunya juga mungkin dinilai mumpuni, kami menilai juga memiliki pengalaman lebih. Jadi tidak ada yang merasa terganggu, pembelajaran terus berjalan lancar,” bebernya.

Sementara itu, dari kondisi memprihatinkan ini, pihak sekolah berharap pemerintah bisa membantu dengan mengirim guru. Di samping itu bisa membantu dengan penambahan ruang kelas untuk para siswa siswi setempat.

“Harapannya kepada pemerintah ya penambahan guru, tapi yang negeri gitu, soalnya kalau honorer, dana BOS kita tidak mumpuni. Selain itu harapannya dapat pembangunan penambahan ruang kelas. Biar tidak digabung – gabung seperti ini,” pungkasnya. (Faiz)