Ketum MCWE Nilai Peran Perempuan Indonesia dalam Pembangunan Terus Meningkat
JAKARTA, KANALINDONESIA.COM: Ketua Umum Panitia Nasional Ministerial Conference on Women’s Empowerment (MCWE) G20 Tahun 2022, Lenny N. Rosalin menilai peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional semakin meningkat. Ini terlihat dari meningkatnya jumlah angkatan kerja perempuan di berbagai bidang pembangunan.
“Banyak bidang yang dulu belum bisa dimasuki oleh perempuan, sekarang
perempuan sudah bisa masuk ke dalamnya,” ujar Lenny dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema “Perempuan Berdaya untuk Pulih Bersama” yang diselenggarakan Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Kamis (14/7/22).
Ia menjelaskan, kuatnya budaya patriarki yang dianut di sebagian besar
daerah di Indonesia turut memberikan andil yang besar menghambat terciptanya keseteraan gender yang diinginkan. Budaya patriarki, menurutnya, masih “menghambat” perempuan untuk berperan lebih, utamanya dalam mendukung berbagai pembangunan nasional.
“Ada juga yang masih “menghambat” perempuan untuk lebih berperan di bidang-bidang pembangunan. Seperti kita semua tahu, salah satunya adalah budaya di masyarakat kita yang masih sebagian besar menerapkan budaya patriarki,” kata Lenny yang menjabat Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) ini.
Kendati menunjukan adanya peningkatan dari waktu ke waktu, Lenny mengungkapkan, masih terdapat gap yang cukup besar antara partisipasi angkatan kerja perempuan dibandingkan laki-laki. Hingga saat ini, kata Lenny, angkatan kerja perempuan baru menyentuh angka 54,3% pada 2021, sementara laki-laki sudah mencapai 82%.
Padahal, kata Lenny, jika perempuan diberikan akses lebih agar bisa
berpartisipasi dan ikut serta dalam pengambilan keputusan, maka Produk Domestik Bruto (PDB) akan naik. Bahkan mengutip studi McKinsey, Lenny menyampaikan, dengan menaikan 3 persen saja angkatan kerja perempuan,
maka PDB akan naik mencapai 135 dolar milliar AS.
“Kita harus mengejar ketertinggalan ini, memberikan kesempatan kepada
perempuan. Karena studi McKinsey menyebut kalau kita bisa menaikan
partisipasi perempuan, maka sebetulnya produk domestik bruto kita bisa naik. Studi itu menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan 3% saja ya, itu PDB Indonesia tuh bisa naik 135 miliar dolar AS,” paparnya.
Lenny berharap, melalui aliansi G20 EMPOWER dan Engagement Group
Women20 atau W20, seluruh pihak dapat meningkatkan kualitas hidup para perempuan Indonesia dengan bersinergi, bekerjasama memberikan ruang bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya.
“Karena pepatah juga membuktikan bahwa memberdayakan perempuan, itu
akan memberikan dampak multiplier. Jadi tidak hanya pada perempuan, tetapi juga pada keluarga, masyarakat dan bangsa,” katanya.
Lebih lanjut, Lenny memaparkan, badai pandemi covid-19 membawa dampak
sangat negatif bagi pekerja perempuan. Sebagaimana mengutip data ILO
(International Labour Organisation), selama masa pandemi, terdapat 41%
persen perempuan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PKH), kehilangan kesempatan kerja dan lain-lain.
“Kalau kita lihat juga data untuk Indonesia, data ILO misalnya menyebutkan 41% ada PHK, kehilangan kesempatan kerja, terus juga terjadi diskriminasi, belum lagi kekerasan terhadap perempuan, terutama kekerasan dalam rumah tangga,
karena semua aktivitas berada di rumah ya,” paparnya.
“Yang terbaru dari UN women menyebutkan bahwa 60% perempuan itu sekarang memperoleh burden. domestik dan under care work. Jadi pekerjaam
dalam rumah dan pekerjaan yang tidak berbayar, itu juga dibebankan kepada
perempuan,” imbuhnya.
Soal isu ini, Lenny menyampaikan, pihaknya telah mengagendakan pembahasan secara khusus di G20 EMPOWER dan Engagement Group Women20 atau W20 yang akan dilansungkan di Bali, pada Bulan Agustus mendatang. Isu ini, kata Lenny, akan dibahas melalui konsep investasi care economy.
“Jadi bagaimana kita berbagi peran dalam pembagian tugas bagi keluarga di tempat kerja, di masyarakat, di ruang publik. Dan bagaimana hambatannya di
tingkat keluarga, masyarakat. Itu semuanya akan menjadi solusi care economy,” pungkasnya. @Rudpur















