30 Tahun Menggeluti Dunia Sastra, Sahryan Khamary Terima Lencana Kesetiaan Setyasastra Nagarai
TIDORE KEPULAUAN, KANALINDONESIA.COM: Lubung Puisi Sastrawaan Indonesia telah menetapkan penghargaan 30 tahun kesetiaan sastra Indonesia pada tahun 2022 dengan sebutan Setyasastra Nagari kepada 115 Sastrawan terpilih se-Indonesia.
Salah satu sastrawan terbaik asal Kota Tidore Kepulauan Sahryan Khamary dari Provinsi Malauku Utara, termasuk peserta dari 115 sastrawan se-Indonesia.
Bertepatan dengan momentum hari Kemerdekaan Rebuplik Indonesia ke-77 pada tanggal 17 Agustus 2022, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan memberikan penyematan lencana kesetiaan Setyasastra Nagari kepada Sharyan Khamary di halaman Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Provinsi Maluku Utara (Malut), Rabu (17/8/2022).
Menurut Sharyan Khamary, ini merupakan kehormantan dan kebanggaan bagi Daerah Kota Tidore Kepaulauan , ia mengucapkan terimkasih kepada Pemeritah Daerah Kota Tidore Kepulauan atas penyematan yang diberikan, ini merupakan komitmen yang kuat terhadap perkembangan sastra di daerah, terutama momitifasi generasi muda untuk memilih dunia sastra, agar tetap konsisten dan selalu berinovasi dalam karya, sehingga mampu melahirkan karya-karya yang bisa ke level nasional.
‘’Penghargaan yang diberikan Lubung Puisi Sastrawan Indonesia yang disematkan oleh oleh Wali Kota Tikep ini, merupakan sebuah langkah baru di dunia sastra Indonesia, bagaimana sebuah penghargaan berdasarkan tahun pengabdian atau lamanya kerkecimpung ke dunia sastra, sehingga diesebut sebagai kesetiaan sastra,” tuturnya.
Lanjutnya, tetap konsisten dan tidak berpindah tempat atau tidak melirik ke dunia lain, sehingga konsistensi bersastra itu terjaga, jadi adanya penyematan ini memacu semangat teman-teman yang lain, agar mari kita terus berkarya dan hal-hal yang paling kuat adalah arsip, baik tulisan tangan atau tulisan cetak, itu perlu di dokumentasikan.
“Karena dalam penghargaan ataupun peneyematan ini, persyaratannya adalah arsip dan dokumen yang mendukung karya sastra anda sudah dalam kurung waktu tertentu, miasalnya dalam 30 tahun, dalam 30 itu ia juga memiliki catatan tulisan tangan masih tersimpan rapi sampai hari ini, mulai dari 1992,” ungkapnya.
“Pemerintah daerah bisa alokasikan anggaran literasi, mungkin ke Dinas Perpustkaan Kearsipan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata Kebudayaan , dengan adanya dana, bisa memotifasi komunitas literasi dapat bisa berkembang, minimalnya biaya penerbitan buku, itu yang paling utama, agar arsip-arsip bisa dijadikan sebuah pustaka sehingga tidak hilang, supaya ketika perhelatan-perhelatan sastra pusat, agar bisa dipertangung
jawabkan apa saja yang ada dalam daerah ini.
‘’Misalnya kehilangan kota rempah, ini juga salah satu hal yang miris, itu juga bagian dari ukuran literasi
kita. Mudah-mudahan kedepan nafas sastra kita semakian bagus dan maju,” tutupnya. (Iswan_KanalIndonesia.com).