Ditinggal Orang Tua, Selembar Tisu Menahan Tangis Haru Mahasiswi Unipdu Jombang Ini Saat Wisuda

ARSO 26 Sep 2022 KANAL JATIM, KANAL PENDIDIKAN

JOMBANG, KANALINDONESIA.COM:  Wisuda merupakan momen yang paling ditunggu dan alih berharap menjadi pengalaman yang mengesankan. Apalagi wisudanya para mahasiswa, tak lepas dengan keinginan dirayakan bersama teman, kekasih, hingga keluarga terutama orang tua tercinta.

Namun momen yang sejatinya dirasa riang gembira itu, dirasa terbalik bagi salah satu peserta wisuda di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang ini. Adalah Defi Fransiska namanya, perempuan berusia 22 tahun asal Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Sejak Minggu, (25/9/2022) sekira pukul 06.00 WIB, perempuan itu sudah berada di kawasan tempat lokasi acara wisuda, yakni di Gedung Olahraga (GOR) Unipdu Jombang. Ia hanya menyendiri kala pagi yang masih belum terlihat sinar mentari.

Meski sudah berpakaian peserta wisuda, toga di kepalanya tak dipasang, melainkan masih dalam genggaman tangan. Sewaktu-waktu ia memeluk toga itu dan mengeluskan ke dadanya. Bahkan sempat terlihat, tangannya mengusap ke wajahnya yang berkaca-kaca dengan selembar tisu dari sakunya.

Tak lama berselang, sinar mentari mulai terasa hangat dan terlihat terang. Ratusan mahasiswa di kampus ini pun berdatangan, dengan mengenakan pakaian toga dan bersuka riang. Tak jarang mereka datang, bersama ke-dua orangtuanya di sampingnya.

Sementara wajah wanita itu, masih datar. Betapa tidak, momen wisudanya, tanpa kehadiran ke-dua orangtuanya lantaran sudah meninggal dunia. Sehingga sejak sepekan sebelumnya hingga acara wisuda dimulai, diakuinya seringkali merasa sedih kesepian.

“Sedih rasanya, ya tuhan saya ingat betul ke-dua orang tua saat ini. Ayah dan Ibu saya tidak bisa hadir karena sudah di surga, sedih banget rasanya ketika melihat yang lain gandengan tangan, foto bersama dengan orang tuanya. Sebentar mas, ya Allah,” cetus Defi Fransiska dengan wajah yang berusaha menahan tangisnya.

Perlahan ia kembali memasang toga di kepalanya, lanjut kemudian memasuki tempat acara lalu duduk di kursi yang sudah disediakan panitia. Sembari menanti acara dimulai hingga giliran untuk dipanggil ke depan, raut wajah wisudawati ini layaknya berupaya menunjukkan sikap percaya dirinya.

Lanjut kemudian, satu per satu para wisudawan pun mulai dipanggil. Terik matahari yang mulai naik seakan bukan penghalang bagi mereka untuk berhadapan dengan jajaran senat saat prosesi pemindahan tali toga.

Sementara di sekeliling wisudawan dan jajaran senat, tampak sejumlah juru kamera mengabadikan momen penting tersebut. Seakan jangan sampai satu celah pun dari momen itu terlewatkan.

Begitu namanya dipanggil, Defi berjalan ke depan seperti biasa, layaknya orang tanpa beban pikiran. Usai tali toga dipindahkan dan hendak balik ke tempat duduk semula, wajah wanita itu langsung berbeda. Maju berawal senyum terpaksa, kembali duduk di kursi dengan wajah yang banjir dari tetesan air mata.

Yah, begitulah gambaran kondisi salah satu peserta dari ratusan peserta wisuda di lokasi ini. Menahan tangis haru dengan lembaran tisu. Sehingga selama acara wisuda berlangsung itu, diakuinya hanya merasa trenyuh.

“Alhamdulillah tadi kakak kandung saya hadir. Jadi ketika sedih melihat teman-teman lain berpelukan dengan orangtuanya, saya langsung ke kakak dan bilang kalau saya saat itu sangat merindukan ayah dan ibu. Kemudian kakak sempat sedih juga sebentar,” katanya.

Tak ada momen riang gembira yang dialaminya, begitu usai acara wisuda, ia mengaku langsung pulang dan bekerja. Hal itu dilakukannya, guna memenuhi kebutuhannya sendiri bersama keluarga.

“Saya sejak beberapa tahun ini, kuliah sambil kerja. Soalnya buat kebutuhan pokok di rumah, dan saat kuliah. Tapi terkadang kebutuhan saya itu masih dibantu dikit-dikit dari kakak atau saudara. Jadi tadi selesai wisuda, saya tidak kemana-mana atau jalan-jalan, langsung ke tempat kerja,” jelasnya saat ditemui dikonfirmasi.

Sejatinya, ia masih berkeinginan melanjutkan pendidikannya di kampus setempat. Namun dengan faktor ekonomi, Defi Fransiska memilih untuk fokus terhadap pekerjaannya terlebih dahulu.

“Sebenarnya pengen lanjut, tapi tau kan kalau S2 itu biayanya mahal. Jadi gak mungkin lah dengan kini ekonomi seperti ini, saya langsung daftar. Sementara waktu ini saya lebih memilih kerja dulu, mungkin nanti ketika ada rezeki, saya mau lanjut,” imbuhnya.

“Kalau soal harapannya, semoga ketika mau lanjut pendidikan di kampus ini dapat keringanan. Semisal dapat beasiswa gitu, soalnya dulu sejak semester awal kuliah gak dapat beasiswa meski sudah mengajukan. Katanya telat sih gitu, tapi alhamdulilah bisa dapat sejak pandemi kemarin. Beasiswa prestasi itu,” tambahnya memungkasi.

Sekadar diketahui, dalam acara wisuda Unipdu Jombang ini diikuti sekitar 300 lebih peserta wisuda. Acara berlangsung aman dan lancar di GOR Unipdu Jombang.

Acaranya terpantau dimulai dari pukul 08.00 WIB, hingga usia sekitar pukul 13.00 WIB. Disela-sela tempat duduk istimewa ini, terpantau Bupati Kabupaten Jombang Mundjidah Wahab hadir dengan duduk manis menghadap ke sejumlah para peserta wisuda.

Kendati kehadiran perempuan pertama menjabat Bupati Jombang ini cukup sebentar, tak lupa memberi pesan-pesan kepada para peserta wisuda. Salah satunya yakni, berharap para wisudawan menjadi lulusan yang akseptabel.

“Pentingnya mata kuliah keterampilan khusus, supaya tidak ada wisudawan yang menjadi pengangguran dan akseptabel di masyarakat dan profitabel,” jelas Bupati Jombang, Mundjidah Wahab dalam sambutannya.

“Semua ini saya serahkan kembali, anak-anak semoga yang belum mendapat pekerjaan, semoga yang belum mendapat jodoh ilmu, bisa segera ditemukan dan mendapat ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat,” lanjutnya memungkasi.