Dinilai Pernyataan Syamsul Membenturkan Antar Suku, Sejumlah Tokoh Suku Sanger Angkat Bicara

ARSO 08 Okt 2022 Kanal Maluku Utara

TIDORE KEPULAUAN, KANALINDONESIA.COM: Pernyataan Syamsul Rizal yang dianggap merendahkan dan menjatuhkan martabat Suku Sanger dan masyarakat Oba, mendapat tanggapan serius dari sejumlah tokoh Suku Sanger di Daratan Oba, tepatnya di Desa Siokona Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan (Tikep) Provinsi Maluku Utara (Malut).

Kristian Pudinaung mengatakan, bahwa pernyataan yang disampaikan Syamsul Risal pada acara silaturrahim dengan warga Kelurahan Mareku Kecamatan Tidore Utara, pada Jum’at 23 September 2022 lalu, telah menjatuhkan harga diri dan martabat Suku Sanger di Daratan Oba.

Pemangku adat Suku Sanger itu berharap agar Syamsul Rizal segera diproses dan diadili oleh pihak Kepolisian, sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Menurutnya, pernyataan Syamsul Rizal, jelas-jelas telah memprovokasi antar suku di Kota Tidore Kepulauan, khusunya di Daratan Oba.

“Meskipun dia (Syamsul) mengatakan bahwa penghinaan itu hanya sebatas candaan, namun bagi kami itu tidak mungkin, karena dia orang pintar dan seorang calon pemimpin. tidak mungkin dia bisa bercanda dan merendahkan Suku Sanger dan suku-suku lain di Wilayah Oba,” tegasnya kepada media ini via telephone, Jum’at (7/10/2022).

Penasehat warga Sanger di Desa Siokona itu, juga menyindir sosok Fridol Sorowae yang mengatasnamakan Suku Sanger, dan membela Syamsul Rizal di salah satu media online.

Menurutnya, Fridol sesungguhnya bukan orang Sanger. Karena orang Sanger, tidak ada marga yang namanya Sorowae. Sehingga tidak pantas jika Fridol harus mengatasnamakan orang Sanger, kemudian meminta agar masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan, dengan alasan sudah ditunggangi oleh kepentingan politik.

“Pemuda yang menamakan orang Sanger (Fridol Sorowae) itu bukan orang Sanger, karena Suku Sanger tidak ada marga Sorowae. Kalau dia merasa bagian dari orang Sanger kemudian dia beranggapan masalah ini sudah tendensius dan ditunggangi oleh elit politik, sesungguhnya dia tidak bertanggungjawab terhadap sukunya sendiri (Sanger),” katanya.

Untuk mempertahankan harga diri dan martabat Suku Sanger, Kristian meminta pihak kepolisian dapat menseriusi masalah ini, sehingga ke depannya, dapat menjadi pembelajaran bagi siapapun terutama calon pemimpin, agar tidak seenaknya merendahkan suku tertentu di Kota Tidore Kepulauan, kemudian berlindung dibalik candaan untuk menghindari proses hukum.

“Aksi unjuk rasa yang kami lakukan di depan Polres Tidore kemarin itu, tidak ada motivasi soal politik, melainkan kepedulian kami terhadap Suku Sanger, sehingga kami datang untuk melakukan unjuk rasa. Hal itu karena suku kami telah dihina, dan saat itu saya sebagai tokoh sanger di Desa Siokona juga hadir pada aksi tersebut,” ungkapnya.

Senada disampaikan, Suku Sanger bermarga Landia Barhama, Marlin Landia, ia menilai bahwa pernyataan yang disampaikan Syamsul, telah mebuat Suku Sanger kesal dan sakit hati.

Karena pernyataan yang berisi “kalau mau kotori itu jangan di Tidore, melainkan dengan orang Sanger yang ada di Oba”. Pernyataan ini, kata Marlin, seolah-olah beranggapan bahwa orang sanger itu kotor.

Bahkan setelah pernyataan itu keluar dari mulut Syamsul, tidak hanya orang Sanger di Daratan Oba yang naik pitam, melainkan Suku Sanger yang ada diluar Tidore juga kesal dan marah akan pernyataan tersebut.