Oleh : IRINE HIRASWARI GAYATRI
Penulis adalah Kandidat Ph.D pada Monash Gender, Peace and Security Centre, School of Social Sciences, Monash University, Australia. Peneliti senior di Pusat Kajian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Puisi Esai Denny JA dalam buku Jeritan Setelah Kebebasan seperti ‘kotak Pandora’. Ketika membuka halaman pertama, untaian kata-kata akan menarik memori kita jauh ke dalam ‘masa lalu’ yang masih terasa dekat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rekam Jejak Kekerasan Pasca-Soeharto
Hampir tiga dekade, kenangan tentang sistem politik otoriter Indonesia yang mendapat tantangan berkelanjutan selama tahun 1998 dan mengakibatkan pengunduran diri Presiden Soeharto dari jabatannya masih abadi.
Periode perubahan tersebut disambut gegap gempita oleh sebagian besar rakyat biasa yang ingin melihat reformasi politik dan ekonomi yang berarti.
Dua bulan setelah pemilihannya kembali untuk masa jabatan 5 tahun ketujuh pada bulan Maret, tekanan rakyat memaksa Soeharto untuk mengundurkan diri demi Wakil Presiden pilihannya, B.J. Habibie.
Di tengah gejolak setuju versus tidak setuju, Presiden baru segera mengumumkan serangkaian langkah untuk mengatasi masalah hak asasi manusia domestik dan internasional.
Faktanya, walaupun banyak warga mempertanyakan legitimasinya karena kedekatannya dengan Soeharto, Presiden Habibie segera membentuk kabinet dengan banyak pejabat di dalamnya berasal dari Kabinet Soeharto terakhir.
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com