Dari Naturalisme ke Artificial Intelligence

ARSO 01 Mar 2023 Opini

Oleh : Iswandi

Penulis adalah:  Kuratorial Lukisan Denny JA, Resma Ramesh dkk di Pameran Seni Rupa International Minangkabau Literacy Festival 2023

Pameran seni rupa yang menjadi salah satu kegiatan pada International Minangkabau Literasi Festival (IMLF) 2023 terbilang unik dan istimewa, khususnya dari materi karya-karya yang ditampilkan.

Pada pameran ini karya-karya konvensional dengan corak naturalis, realis dan abstrak yang menjadi ciri dari perkembangan awal seni rupa modern di Indonesia bersanding dengan karya-karya yang pada perkembangan terkini di katagorikan kedalam Digital Art (fotografi dan Artificial Inteligence)

Lima orang seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini diantaranya Minda Sari (Padang-Indonesia), Nazhatulshima Nolan (Malaysia), Herisman Is (Pekanbaru-Indonesia), Reshma Ramesh (India) dan Denny JA (Jakarta-Indonesia) membawa bahasa rupa yang berbeda satu dan yang lainnya.

Minda Sari sebagai salah seorang pelukis senior Sumatera barat masih setia dengan corak naturalisnya dengan objek pemandangan alam yang ada di ranah Minang.

Herisman Is yang saat ini berdomisili di kota Pekanbaru hadir dengan beberapa buah lukisan abstrak yang sudah menjadi ciri khas dari karya-karyanya dari dulu.

Sementara Reshma Ramesh salah seorang penyair dari India mengetengahkan puluhan karya-karya fotografinya.

Artificial intelligence (AI) yang saat ini menjadi fenomenal dan memiliki pengaruh dalam dunia seni rupa terlihat pada karya-karya Denny JA.

Di samping bahasa visual yang sangat beragam, pameran Lintas Masa juga istimewa karena karya-karya dibangun dari kultur yang juga berbeda dari para senimannya.

Namun demikian, nilai-nilai spiritualitas personal dipadu dengan problematika sosial dan kemudian dipresentasikan kedalam bentuk karya sepertinya menjadi kecenderungan umum yang terlihat pada karya-karya peserta pameran.

Dalam hal ini sangat terlihat karya-karya mereka sangat personal dan sarat dengan pesan-pesan yang bersifat transidental, dimana para seniman seolah-olah mengajak para apresiannya untuk kembali merenungi nilai-nilai religi, etika dan moralitas.

Membangun ikatan atau mencari titik sambung dengan kecenderungan bahasa serta media yang berbeda dalam sebuah pameran tentunya bukanlah perkara mudah.

Salah satu aspek yang dirasa memungkinkan untuk mendapatkan ketersambungan keempat peserta pameran adalah menelaah sisi histori dari perkembangan seni rupa. Dimana antara naturalisme hingga digital art berada dalam lintasan perkembangan seni rupa dari masa ke masa.

Inilah yang melatarbelakangi pemilihan tema pameran ini, Lintas Masa. Selain perihal perkembangan, cakupan dari tema pada pameran ini juga tidak terlepas dari ruang sosial para perupanya yang menjadi gagasan dalam penciptaan karya.