Pengungsi Tanah Retak Tumpuk Butuh Selimut, Matras dan Pakaian Anak Usia Sekolah Dasar
PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Seratus tiga puluh sembilan warga pengungsi terdampak tanah retak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, Jawa Timur hingga saat ini menempati balai desa lama, karena rumah tinggal mereka rusak dan tidak bisa ditempati lagi.
Kondisi rekahan tanah terus bergerak dan bertambah lebar, sehingga sangat berbahaya apabila warga yang terdampak masih tetap tinggal di rumah miliknya.
“Sekarang tidak bisa ditempati, karena bercampur tanah dan lumpur,”ucap Yuliana, salah satu pengungsi.
Selain rekahan tanah, juga material lumpur bercampur air dan pepohonan juga menimpa beberpa rumah warga, sehingga ini juga sangat membahayakan untuk keselamatan warga yang posisinya ada di bagian bawah.
“Sungai-sungai tersumbat oleh pepohonan dan air yang bercampur lumpur mengalir menimpa rumah kami,”terangnya.
Dari pengakuan sejumlah pengungsi yang menempati balai desa, untuk kebutuhan dasar hidup sampai saat ini masih tercukupi. Hanya saja mereka tidur dengan beralaskan tikar.
“Tidurnya ya beralaskan tikar seperti ini. Ada matras tapi kecil-kecil sehingga ini hanya bisa dipakai anak-anak balita,” terangnya.
Ditanya tentang pakaian, mereka mengaku jika untuk anak –anak balita dan dewasa sudah cukup, tapi untuk anak-anak seusia sekolah dasar yang sangat kurang.
“Untuk pakaian yang kurang itu untuk anak-anak usia sekolah dasar, kalau untuk balita sudah cukup. Dan lagi yang kurang yaitu selimut,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat mendatangi lokasi tanah retak dan pengungsi mengatakan, “Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim yang akan membangun rumah bagi mereka. Dengan anggaran untuk satu unit rumah sejumlah Rp50 juta,”terang Khofifah.
Ada sekitar 43 unit rumah yang nantinya akan dibangun di lahan relokasi yang diusahakan Bupati Sugiri Sancoko yang akan berkordinasi dengan pihak Perhutani.