Era Tehnologi Maju BUMD Jatim Masih Gunakan Tehnologi Jaman Belanda, PT PWU Berharap Bantuan Modal 250 Milliar
SURABAYA KANALINDONESIA.COM – Pemprov Jatim sepertinya harus memberi perhatian lebih terhadap kondisi BUMD nya. Karena sejumlah BUMD ini memiliki potensi menjanjikan untuk menyumbang PAD yang besar. Salah satunya PT Kasa Husada. Anak perusahaan BUMD Jatim PT Panca Wira Usaha (PWU) ini sebenarnya memiliki brand yang cukup terkenal dan diminati pasar. Sayang akibat Covid dan minimnya modal PT Kasa Husada ini tidak mampu berkembang. Satu-satunya harapan adalah uluran tangan Pemprov berupa tambahan modal agar lebih maksimal memenuhi target atas kinerjanya sebagai BUMD milik Pemprov Jawa Timur.
Dirut PT PWU Erlangga Satria Agung mengatakan BUMD yang dipimpinnya membutuhkan suntikan dana segar sebesar Rp 250 Milyard. Ini sesuai dengan analisa hampir setiap tahunnya mulai tahun 2018 hingga tahun 2019 dimana hasil analisa tersebut diketahui dibutuhkan dana segar tersebut.
“Kalau tidak ada dana segar Rp 250 M tersebut tentunya anak perusahaan termasuk induknya hanya datar-datar saja dan tidak bisa dipacu sebagai mesin penghasil bagi APBD Jawa Timur,” jelasnya, Jum’at (15/9/2023).
Erlangga mengaku berusaha untuk menyesuaikan perusahaan dan anak perushaannya bisa memiliki alat dan SDM yang sesuai dengan era tehnologi saat ini, sebab saat ini sejumlah perushaan daerah yang dipimpinnya hanya memiliki mesin produksi sudah usang sejak jaman Belanda. “Selain mesin produksi yang usang, kondisi SDMnya juga sudah berumur tua dan perlu dilakukan regenerasi.Dan khususnya untuk permodalan seluruh anak perusahaan tak punya dana seauai yang dibutuhkan tersebut,” jelasnya.
Ini membuat PT Jika tak ada dana segar yang dibutuhkan tersebut, kata dia, maka PT PWU beserta anak perusahaannya akan mengalami kesulitan untuk dipacu diharapkan sesuai yang diminta oleh pemilik perusahaan yaitu Pemprov Jawa Timur.
Dibeberkan olehnya juga, Hal yang tidak dilakukan oleh pihaknya diluar analisa yaitu faktor eksternal di tahun 2020 dimana saat itu sedang mewabahnya Covid-19.” Dampaknya adanya Covid-19 mulai 2020 hingga 2021 tersebut membuat anak perusahaan jungkir balik. Contohnya PT Kasahusada yang sebelum Covid-19 mampu membeli bahan baku setelah produksi, maka saat Covid-19 pemilik bahan baku minta pembayaran cash semua,”lanjutnya.
Dampak permintaan cash semua tersebut,sambung Erlangga, akhirnya PT Kasahusada tak mampu memenuhi permintaan yang sangat tinggi.”Kalau ada modal, tentunya tak terjadi seperti selama ini,”jelasnya.
Semula, lanjutnya, untuk penambahan modal tersebut, pihaknya akan melakukan pelepasan aset yang milik anak perusahaan, namun terbentur pada perda No 8 tahun 2019 yang melarang pelepasan aset atau pemindahtanganan aset hasil inbreng.” Sedangkan aset anak perusahaan PT PWU itu semua hasil inbreng. Jadi tak bisa optimalisasi permodalan,”jelasnya.
Khusus PT Kasahusada, lanjut Erlangga, selama covid-19 ditengah minimnya permodalan, tak pernah sama sekali melakukan PHK terhadap karyawannya.” Untuk menalangi operasional yang besar termasuk gaji karyawan, akhirnya manajemen PT Kasahusada melakukan peminjaman modal dari beberapa pihak termasuk perbankan untuk bisa tetap beroperasi,”tuturnya.
PT Kasahusada sendiri, terang Erlangga, bagi PT PWU merupakan anak perusahaan yang memiliki prospek produksi yang menjanjikan.” Brand dan trustnya sangat bagus sekali sehingga tak perlu dilakukan penutupan. Coba dilihat hasil produksinya selama covid-19 ini sangat menguntungkan. Jangan hanya dilihat sekarang saja yang merugi, tapi lihat track recordnya selama ini sebagai mesin penghasil,”jelasnya.
Erlangga menambahkan dengan dukungan semua pihak mulai Pemprov hingga pihak legislatif, pihaknya yakin kondisi PT Kasahusada akan kembali normal dan akan lebih baik lagi sebagai mesin penghasil. Nang