MALANG KANALINDONESIA.COM – Upaya DPRD Jatim untuk mengembangkan potensi jamu di Jatim sepertinya belum sehati dengan Pemprov Jatim. Meski potensi bahan dan SDA alam untuk pembuatan Jamu sangat melimpah di Jatim namun Pemprov masih memandang sebelah mata. Mau bukti ?
Inilah yang terlihat dan ditemukan oleh Komisi E DPRD Jatim saat melakukan kunjungan kerja ke UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu Unit Kerja Gadang Malang Dinas Kesehatan Pemprov Jatim di Malang. Salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang bertugas mengembangkan obat herbal dan tradisional di Jatim, Selasa (3/10/2023).
Mereka mengaku prihatin atas kondisi Laboratorium yang tak maksimal karena adanya alat yang rusak sehingga tugas utama memberi sertifikasi untuk jamu yang diproduksi oleh masyarakat tak bisa dilaksanakan. Apalagi berkembang wacana yang menyebut Laboratorium ini akan ditutup.
Wakil ketua komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafagih yang memimpin rombongan Komisi E ini mengaku kaget dan menyatakan menolak rencana itu, sebab lab ini harus berkembang untuk mendorong produk jamu lokal yang berdaya saing.
“Komisi E resmi tidak setuju dengan penutupan itu, kita itu jangan kebiasaan kalau lembaga lemah lalu ditutup kan belum ada kajian yang cukup serius yang dikembangkan,” katanya.
Anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Jawa Timur itu mengaku heran dengan penutupan UPT tesebut. Pasalnya, lembaga itu sendiri baru saja membangun gedung griya sehat, sehingga diharapkan bisa membantu masyarakat mendapatkan obat herbal dan tradisional.
“Ini gedung griya sehat saja baru dibangun dan belum dimanfaatkan, kalau ada isu ditutup kan sayang. Kami juga meminta agar Dinkes dan UPT melakukan roadmap yang jelas,” tambahnya.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah lab dari Griya Sehat Balai Materia Medica yang masih belum tersertifikasi ISO dan mengalami beberapa kerusakan. Dia berharap, agar Dinkes Jatim segera melakukan perbaikan, agar instansi tersebut bisa segera memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat tradisional.
“Tadi kan sudah jelas, ternyata labnya saja belum tersertifkasi dan tidak bisa melayani pabrikan besar. Kalau milik Pemprov sendiri seperti ini menyedihkan,” jelasnya.
Dia berharap agar Pemprov Jatim konsentrasi mengembangkan obat herbal tradisional. Agar, kedepan, di rumah sakit milik Pemprov Jatim bisa sediakan pusat layanan obat herbal dan tradisional.
“Kita sudah memperjuangkan Perda obat tradisonal nantinya UPT ini menyediakan jasa layanan kesehatan yang ikonik. Agar bisa mendidik masyarakat agar tidak tergantung obat kimiawi, jangan malah dibubarkan,” jelasnya.
Wakil Ketua DPW PKB jatim itu mengaku akan memperjuangkan penambahan anggaran di UPT tersebut melalui PU komisi, agar pembenahan Balai Materia Medica bisa segera dilakukan, pada 2024.
Muhammad Rosyidi Anggota Komisi E dari Fraksi Partai Demokrat sangat menyayangkan jika laboratorium ini ditutup sebab masyarakat sangat membutuhkan, “lho kebutuhan masyarakat akan herbal sangat besar. Sebagai solusi atas obat kimia yang makin mahal, apalagi bahan herbal di bumi Pertiwi ini sangat berlimpah. Maka Centra Herbal Medica ini justru harus dikembangkan untuk masyarakat, bukan malah ditutup. Komisi akan dukung agar bisa berkembang dan maju,” ungkap Rosyidi.
Dari pantauan, beberapa anggota DPRD Jatim terlihat hadir dalam acara kunjungan tersebut. Diantaranya adalah Siti Mukiyarti, M. Rosyidi, Umi Zahro, Aida Fitriati dan Hasan Irsyad.
Meski Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa telah menetapkan Pergub No 49 tahun 2021 yang memuat tentang perlindungan dan obat tradisional. Dengan aturan itu, diharapkan obat herbal dan tradsiional di Jatim bisa berkembang lebih baik, dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sayangnya pergub ini belum berjalan maksimal.
Sementara itu, Kepala UPT Balai Materia Medica, Ratna Yulianti mengaku senang dengan perjuangan komisi E DPRD Jatim yang mengusulkan penambahan anggaran untuk instansinya.
“Untuk perbaikan, harapannya dengan dukungan dan support DPRD Jatim bisa memperbaiki kinerja UPT Kami. Terutama dari unit pasca panen yang bisa menaikkan mutu,” tambahnya.
Menurut dia, minimnya alat dan prasarana membuat kinerja UPT yang dinaunginya tidak maksimal. Dia berharap agar pembangunan laborotarium pengujian bahan baku segera direalisasikan, agar produksi obat tradisional dan herbal bisa maksimal.
“Masih minim fasilitasnya, belum memenuhi standart. Kalau sertifikasi juga belum, kalau sudah selesai bisa menjadi laboratorium dan pelaku usaha bisa menggunakan fasilitas itu,” pungkasnya. Nang
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com