Mengenal Situs Cagar Budaya Candi Sadon

MAGETAN, KANALINDONESIA.COM: Candi Sadon terletak di Dusun Sadon, Desa Cepoko, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Jawa Timur. Dinamakan Candi Sadon karena terletak di Dusun Sadon. Selain itu, masyarakat setempat menyebut candi ini dengan sebutan Candi Reog karena diantara reruntuhan candi ini terdapat arca Kalamakara yang bentuknya menyerupai kepala reog.

Candi Sadon ini ditemukan dalam kondisi sudah runtuh menyisakan kumpulan batu beserta sisa-sisa ornamen candi seperti batu bergambar burung, bekas umpak, lumpang dan kepala naga.

Selain itu, juga ditemukan hiasan berupa tujuh stupa candi, satu buah gapura candi, dua kalamakara, dua yoni dan satu inskripsi pada batu bertarikh 1018 Masehi, yang menunjukkan akhir masa pemerintahan Dharmawangsa Teguh di Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur, atau awal pemerintahan Raja Airlangga yang mendirikan Kerajaan Kahuripan.

Arkeolog Belanda bernama Van Enoch yang melakukan penelitian pada 1933 juga sependapat bahwa Candi Sadon merupakan peninggalan Raja Airlangga. Menurutnya, melihat dari bersarnya kalamakara, diperkirakan ukuran candi tergolong besar. Akan tetapi, masih terdapat perbedaan pendapat dari para ahli tentang kapan candi ini dibangun.

Melansir laman Kemdikbud, pada kalamakara, terdapat tulisan beraksara Kawi tipe Kuadrat. Aksara ini sering dipahatkan pada prasasti-prasasti pendek dan merupakan salah satu ciri khas dari masa Kerajaan Kediri, yang berdiri antara tahun 1042 hingga 1222.

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, Candi Sadon diyakini berlatarbelakang agama Hindu Syiwa. Kesimpulan itu didasarkan pada hiasan-hiasan candi dan keberadaan arca Nandi (tunggangan Dewa Siwa) di sebuah punden yang tidak jauh dari lokasi reruntuhan Candi Sadon.

Juru kunci Candi Sadon Sarnu T. R kepada kanalindonesia.com menyampaikan, runtuhan candi yang ada pada saat ini hanya sekitar sepertiga dari bentuk aslinya dan kemungkinan masih banyak arca-arca yang masih terpendam.

Pada tahun 2016 masyarakat setempat melakukan penggalian di area sekitar candi, namun batu-batu arca yang ditemukan sudah tidak berbentuk sehingga tidak diangkat dan dikuburkan kembali dengan ditandai dengan patokan kain putih pada lokasi penggalian tersebut.

“Candi yang ada saat ini itu hanya sepertiga saja mas, kemungkinan masih banyak yang terpendam di tanah. Itu yang ada tanda kain putih dulu tahun 2016 ada penggalian, namun batu-batu yang ditemukan sudah tidak berbentuk,” ungkapnya.

Oleh masyarakat setempat candi ini merupakan punden dan tempat berdoa ketika memiliki hajat, seperti nikahan atau kirim doa kepada leluhur. Selain itu, setiap satu bulan sekali juga didatangi sekelompok orang-orang Bali dari asrama 501 dan AURI untuk melakukan ibadah.

”Bagi masyarakat sini, itu merupakan punden, kalau punya hajat mantu itu pasti kirim doa di sini. Selain itu, juga di asrama 501 sama AURI itu kan ada perkumpulan orang Bali, setiap sebulan sekali pasti bersembahyang di sini,” pungkasnya. (Lukman Alifi)