PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Komunitas Gusdurian Ponorogo menggelar majelis sholawat dan barzanji dalam peringatan haul Gusdur di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Puyut pada kamis (21/12/2023).

Haul Gusdur ini dirangkai dalam kegiatan sholawat yang didalamnya juga mendiskusikan nilai-nilai keteladanan seorang Gusdur. Selain itu juga jamaah diajak untuk merefleksikan tentang bagaimana Gusdur membela nilai gender yang ada di Indonesia.

 “kegiatan ini adalah bentuk refleksi atas teladan seorang gusdur yang sarat akan perjuangan dalam sisi keberagaman, kesetaraan, dan persatuan,” ucap Abdillah Muiz, koordinator gusdurian Ponorogo.

Dia juga mengajak jamaah untuk menteladani prinsip-prinsip yang ada dalam diri seorang Gusdur setelah bersholawat bersama.

“Dalam diri Gusdur, teladan yang dicontohkan olehnya perlu untuk kita diskusikan bersama, keteladanan yang dimaksud adalah terkait 9 nilai Gusdur” ucapnya.

Menurutnya, nilai-nilai yang ada patut dicontoh untuk berkehidupan di masyarakat yang majemuk, karena seluruh nilai yang diajarkan selalu bermuara pada persatuan dan kebersamaan.

“Nilai-nilai yang ada secara garis besar bermuara pada persatuan dalam keberagaman, contoh seperti ini yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia,” lanjutnya.

Dalam kegiatan ini, juga datang Krisdianto, sejarawan Ponorogo. Dia berkesempatan membahas hubungan Gusdur dan Ponorogo yang ternyata masih memiliki darah keturunan.

“Dalam catatan sejarah, Gusdur masih memiliki garis keturunan dengan Kiai Ageng Basyariyah. Artinya beliau masih memiliki hubungan dengan Ponorogo karena istri dari Kiai Ageng Basyariyah adalah putri dari Kiai Ageng Muhammad Hasan Besari,” ucapnya.

Dia juga menyatakan bahwa Gusdur dulu sering ke Ponorogo untuk berziarah, tetapi sering tidak terdokumentasi. “Gusdur dulu sering ke Ponorogo dalam rangka ziarah, seperti ke Tegalsari, dan beberapa tempat yang lain menurut beberapa sumber, tetapi seringkali jarang terdokumentasikan dengan baik,” pungkasnya. (Imam_kanalindonesia.com)