Lestarikan Budaya Lokal, Disdik Sidoarjo Gelar Pertunjukan Wayang Kulit Gagrag Porongan di 12 Desa

SIDOARJO,KANALINDONESIA.COM : Dinas pendidikan Kabupaten Sidoarjo kenalkan budaya lokal Sidoarjo dengan menggelar pertunjukan wayang kulit Gagrag Porongan di 12 desa. Kirab budaya ini bertujuan untuk mengangkat kembali budaya lokal yang kian lama kian tergerus dengan era moderenisasi.
Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Dr. Tirto Adi mengungkapkan tujuan dari kirab budaya ini untuk mempromosikan kesenian tradisional asli Sidoarjo, khususnya wayang kulit gagrag Porongan, agar lebih dikenal kembali oleh masyarakat, yang sebelumnya kesenian asli dari Sidoarjo ini redup.
“Malam ini kita apresiasi, atas terselenggaranya pertunjukan wayang kulit gagrag Porongan. Malam hari ini memang merupakan malam yang istimewa jika dibanding dengan tampilan-tampilan, sebelumnya karena malam hari ini merupakan puncak pagelaran wayang kulit di desa yang terakhir, setelah kita adakan pertunjukan di 11 desa di Sidoarjo. Kalau kita telusuri sejarahnya kali pertama diciptakan tokoh wayang ini oleh sunan Kalijaga, dan ini telah digali oleh tim ahli kebudayaan ternyata Sidoarjo punya wayang tipikal khusus namanya adalah wayang gagrag Porongan, wayang dipadukan dengan campursari wayang yang dipadukan dengan musik kontemporer hingga akhirnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Mungkin ini tidak ada di daerah lain, yang ada hanya ada di Sidoarjo, untuk itu kita hidupkan bareng,”kata Dr. Tirto.
Dikatakan Tirto, kedepan tidak hanya dilaksanakan di 12 desa namun, akan digelar di 18 Kecamatan, dengan begitu masyarakat Sidoarjo akan mengenal lebih dekat budaya lokal Sidoarjo.
“Sidoarjo memiliki 18 Kecamatan, kami kapan hari sudah rapat dengan komisi D, bahwa pada tahun 2025 nanti pagelaran wayang kulit Gagrag Porongan ini akan kita gelar di 18 kecamatan. Tidak hanya wayang kulit saja, tadi pas saya hadir disambut dengan tari barongan, tari remo, dan berbagai karya seni yang ditampilkan oleh anak-anak muda Sidoarjo, jadi saat ini Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo mempunyai kewajiban memajukan dan melestarikan berbagai kesenian yang ada di daerah,” lanjutnya.
Sementara itu Kepala Desa Candipari, Mohammad Nurhadi menyampaikan terimakasih setinggi-tingginya karena pada hari ini Candipari di pilih sebagai tempat nguri-uri budaya lokal Sidoarjo.
“Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, tentunya kami pun juga memberikan suatu apresiasi, baru kali ini ada kegiatan di Sidoarjo khususnya dalam pagelaran wayang kulit ini bisa dilaksanakan setahun di 12 titik mudah-mudahan di tahun 2025 nanti bisa minimal 18 Kecamatan. Tentunya penempatan puncak yang dilaksanakan di desa Candi pari ini tidak salah, kenapa ? desa kami baru-baru ini statusnya menyabet desa wisata kemudian juga statusnya sekarang meningkat sebagai Desa mandiri,” kata Nurhadi.
Dari kirab budaya dengan perjalanan 12 desa itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dispendik Sidoarjo, Sukartini, pihaknya membeberkan dasar dari pengenalan budaya lokal tersebut berkekuatan hukum diantaranya, undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU nomor 8 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, Permendagri nomor 42 tahun 2009 tentang pelestarian kebudayaan daerah, Peraturan Bupati Sidoarjo nomor 188/212/438.1.13/2022 tentang pokok pikiran kebudayaan daerah kabupaten Sidoarjo, Dokumen pelaksanaan perubahan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (DPPA-SKPD) no 910/83/538.6.2/2024, tanggal 15 mei 2024.
“Untuk perjalanannya diawali dari Desa Watugolong, Krian, pada tanggal 7 Juni 2024 oleh Ki dalang Slamet Darmawan, dengan lakon sang Gunawan (brubuh Alengka), yang ke-dua, di Desa Candinegoro, Wonoayu, pada tanggal 15 Juni 2024, oleh Ki dalang Rochmat Hadi dengan lakon wahyu katentreman, yang ketiga, di Desa Kedondong, Tulangan, pada tanggal 21 Juni 2024, oleh Ki Dalang Surono Tawar dengan lakon Semar Maneges, yang ke empat, di Desa Rangkah Kidul, Sidoarjo, pada tanggal 5 Juli 2024, oleh Ki Dalang Sigit Harimurti dengan lakon Krisna Gugah, yang ke lima, di Desa Wilayut, Sukodono oleh Ki dalang Bambang Sugio dengan lakon Sang Guru Maya, yang ke enam, di Kelurahan Urang Agung oleh Ki Dalang Ken Suro Digdoyo dengan lakon Wanara Singo,” papar Sukartini.
Selanjutnya, kata Sukartini, yang ke tujuh, di Desa Kedung Sukodani, Balongbendo, pada tanggal 3 Agustus 2024, oleh Ki Dalang Hadiyono dengan lakon Hanoman tambah umur, yang ke delapan, di Desa Kedung Peluk, Candi pada tanggal 10 Agustus 2024, oleh Ki Dalang Suwadji dengan lakon Badher Bang Sisik Kencono, yang kesembilan, di Desa Pabean, Sedati, pada tanggal 24 Agustus 2024, oleh Ki Dalang Surono Gondo Taruno dengan lakon Wahyu Nugroho, yang ke Sepuluh, di Desa Wage, Taman, pada tanggal 30 Agustus 2024, oleh Ki Dalang Didik Iswandi dengan lakon Wahyu Cakraningrat, yang kesebelas, di Desa Waru, Waru , pada tanggal 6 September 2024, oleh Ki Dalang Joko Supriyanto dengan lakon Gatotkoco Jumeneng, dan yang terakhir di Desa Candipari, Porong, pada tanggal 8 November 2024, oleh Ki Dalang Yohan Susilo dengan lakon Getih Putih,” tutup Sukartini. (Irwan_kanalindonesia.com)