Jembatan Lori Peninggalan Belanda Jadi Jalan Alternatif Penghubung Sidoarjo – Gresik, Saat Debit Air Kali Mas Tinggi

SIDOARJO,KANALINDONESIA.COM : Curah hujan belakangan sangat tinggi, debit air Kali mas naik, sejumlah transportasi air (perahu penyeberangan tradisional – red) yang menghubungkan antara Kabupaten Sidoarjo ke Kabupaten Gresik tidak beroperasi. Ribuan pepohonan yang ada di bantaran kalipun terendam air, hingga daun yang paling ujung. Artinya, debit air itu sangat tinggi.
Biasanya, para pengendara roda dua asal Gresik yang akan menuju ke Sidoarjo, untuk menghindari kemacetan yang ada di simpang empat Legundi, mereka lebih memilih naik perahu tradisional, yang berjajar di sepanjang sungai mas.
Kini perahu tradisional itu tutup alias tidak beroperasi, untuk mengindari kecelakaan air. Sejumlah pengendara pun, harus memutar jauh bila mau ke Gresik atau ke Sidoarjo.
Satu-satunya jalan alternatif yang masih aman, saat kali mas banjir adalah, jembatan Lori peninggalan kolonial Belanda yang ada di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, Jatim. Rabu (26/02/2025).
Bangunan berumur ratusan tahun itu masih berdiri kokoh melintang di sepadan sungai kali mas. Di ujung selatan, jembatan Lori itu berada di Desa Bakung Pringgodani di sisi Utara, jembatan itu berada di Desa Perning, Mojokerto, yang juga dapat menghubungkan ke Gresik bagian selatan.
Tiap harinya, jembatan peninggalan kolonial Belanda itu dijaga oleh warga Bakung Pringgodani, Suwadi (78), Ia mengungkapkan disaat kali mas banjir, dan perahu-perahu penyebrangan itu tutup semua, pasti pengendara dari Gresik yang hendak ke Sidoarjo melalui jembatan Lori ini.
“Orang-orang itu pasti lewat sini dikala banjir. Saya mengatur lalulintas di jembatan ini sukarela, atas inisiatif sendiri, tidak dapat bayaran dari pemerintah, ya kadang di kasih pengendara motor untuk sekedar beli minum dan rokok,” katanya.
Suwadi menambahkan,” jadi Desa Perning itu Mojokerto paling ujung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik. Orang Gresik bagian selatan, banyak yang kerja di Sidoarjo, dari pada kejebak macet di simpang empat Legundi, mereka lebih memilih muter sedikit lewat sini,” lanjutnya.
Suwadi bercerita, kalau jembatan peninggalan jaman Belanda itu bekas rel lori dan kereta api, tapi rel sambungannya sudah tidak ada.
“Sayangnya kondisinya tidak terawat, tapi rangka besinya masih kokoh, baru-baru ini saja diperlebar sedikit terus di aspal, dulu itu selebar rel lori, yang atasnya di kasih anyaman bambu atau gedhek,” imbuhnya.
Sementara pengendara roda dua, asal Wringinanom Gresik, Dani mengatakan, Dia memilih lewat jembatan Lori itu sebabnya lebih aman, dan terhindar jalan macet di simpang empat Legundi, Driyorejo.
“Kalau jam-jam efektif kayak gini, di simpang empat Legundi pasti macet, apalagi semua tambangan (perahu penyeberangan) pada tutup semua, karena banjir,” katanya.
“Kalau lewat Obil ( istilah sebutan jembatan Lori Peninggalan Belanda) ini aman, terus lebih cepat. Kalau lewat, kita berpartisipasi pada pengatur lalulintasnya. Seikhlasnya,” tutupnya.
Reporter : Irwan kanalindonesia.com