Tagihan Listrik Belasan Juta Milik Warga Miskin di Jombang Dilunasi Anggota DPR RI Sadarestuwati

JOMBANG, KANALINDONESIA.COM: Kesulitan hidup menimpa Masruroh (61), seorang janda penjual gorengan asal Dusun Blimbing, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia harus menanggung tagihan listrik hingga Rp 12,7 juta yang membebaninya, disertai ancaman pemutusan aliran listrik dari PLN.
Di tengah kebingungan itu, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sadarestuwati, hadir memberikan bantuan. Legislator yang akrab disapa Mbak Estu itu melunasi seluruh tunggakan listrik yang menjerat Masruroh.
“Ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih berhati-hati. Urusan dengan perusahaan milik negara tidak bisa dianggap remeh. Kita harus disiplin dan bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun negara, supaya tidak terjerumus dalam pelanggaran,” kata Sadarestuwati saat ditemui di Jombang, Senin (28/4/2025) pagi.
Ia juga mendorong PLN untuk lebih aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya di tingkat desa, agar kasus serupa tidak terulang.
“Kami meminta PLN rutin melakukan sosialisasi. Banyak masyarakat yang tidak memahami aturan dengan baik, sehingga tanpa sengaja melakukan pelanggaran. Contohnya Bu Masruroh, yang sebenarnya tidak mengetahui siapa pelaku penyalahgunaan listrik tersebut,” ujarnya.
Atas bantuan tersebut, Masruroh tak kuasa menahan rasa syukurnya. Ia mengucapkan terima kasih kepada Sadarestuwati yang telah menyelamatkannya dari lilitan utang.
“Matur suwun Bu Estu. Saya benar-benar tidak mampu membayar Rp 12,7 juta itu. Uang dari mana? Saya hanya hidup dari jualan gorengan keliling,” ungkap Masruroh dengan mata berkaca-kaca.
Sebelumnya, Masruroh mengaku bingung saat menerima tagihan dari PLN melalui pesan WhatsApp. Dalam surat tersebut, tertera tunggakan sebesar Rp 12,7 juta atas nama mendiang ayahnya, Naif Usman, yang sudah meninggal dunia pada 1992.
Masruroh, yang hidup sebatang kara, merasa tidak tahu-menahu soal tuduhan pencurian listrik yang disebut terjadi sejak 2022. Ia bahkan membiarkan sebagian listrik di rumahnya digunakan oleh tetangga yang menyewa ruangan di samping rumah.
Namun, menjelang Lebaran 2025, masalah itu kembali mencuat. PLN mengancam akan memblokir aliran listrik di rumah sederhana yang ia tinggali. Pada Kamis (24/4/2025), ancaman itu benar-benar diwujudkan. Token listrik Masruroh tidak lagi bisa diisi.
“Saya hanya bisa menangis. Hidup saya bergantung dari berjualan gorengan keliling. Mana mungkin saya bisa membayar tagihan sebesar itu,” kata Masruroh tersedu.(Faiz)