Risalah Doa dan Larungan di Telaga Ngebel, Bupati Sugiri: Kita Hijrah dari Kegelapan Menuju Ponorogo Hebat

PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Sebagai penutup dan juga puncak dari semua rangkaian dari Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo, digelarlah prosesi larung sesaji dan risalah doa di obyek wisata Telaga Ngebel, bertepatan dengan tanggal 1 Muhamaram 1447 atau hari Jumat(27/06/2025).
Arak-arakan tumpeng raksasa yang berisi hasil kebun dan pertanian nampak dikirab keliling telaga Ngebel.
Nampak satu tumpeng atau gunungan raksasa yang berbeda dari yang lain, yaitu terbuat dari beras merah. Tumpeng raksasa inilah yang nantinya akan dilarung ke tengah Telaga Ngebel. Momen pelarungan gunungan beras merah inilah yang menjadi pusat perhatian dari ribuan wisatawan yang memadati pinggir telaga Ngebel.
Dengan menggunakan kamera dan smartphone yang mereka bawa terlihat dengan antusiasnya mengabadikan prosesi ini.
Ribuan masyarakat, wisatawan lokal maupun mancanegara terlihat berjubel ingin menyaksikan secara langsung ritual yang hanya berlangsung setahun sekali ini.
Terlihat di tengah tengah ribuan masyarakat Ponorogo, Bupati Sugiri Sancoko menyampaikan makna di balik ritual yang telah menjadi warisan budaya ini.
“Benar -benar ini sebuah rangkaian yang berbeda dari tahun yang lalu. Saya berharap tumpeng yang diarak tahun depan ada dari Kapolres, Dandim, ketua DPRD, Kepala Kejaksaan dan seluruh Kepala dinas,”ucap Bupati sugiri sembari menghitung jumlah tumpeng yang berjajar.
Tak hanya itu, Bupati Sugiri juga menyampaikan agar tumpeng tidak hanya dari masyarakat desa yang berada di Kecamatan Ngebel, akan tetapi juga berasal dari kontingen kontingen sekolah dan masyarakat Ponorogo lain.
“Larungan ini bukan sekadar acara. Ini bentuk kita berbagi dengan alam, dengan sesama makhluk hidup. Sedekah itu tidak hanya untuk manusia, tapi juga untuk bumi dan seluruh isinya,” tuturnya.
Kang Giri menambahkan, momen larungan menjadi saat yang tepat untuk introspeksi dan meninggalkan keburukan di tahun sebelumnya.
“Harapan kami, melarung semua masa lalu. Melarung semua keburukan, semua kesalahan, Kita hijrah dari kegelapan, menatap 1 Muharram sebagai awal tahun Hijriah, menuju Ponorogo Hebat,” pungkasnya. (Tim)