Wali Kota Semarang, Agustina Ingin FORPELA Merawat Sumbu Peradaban Toleransi

istimewa
SEMARANG, KANALINDONESIA.COM: Pemerintah Kota Semarang bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mengadakan Dialog Perempuan Lintas Agama dengan tema “Peran Perempuan dalam Membangun Kota Semarang yang Rukun, Damai, dan Inklusif. ” Kegiatan tersebut dihadiri oleh 100 perempuan yang merupakan tokoh agama di Semarang dan berfungsi sebagai platform untuk menguatkan peran perempuan dalam memelihara toleransi serta rasa kebersamaan.
Direktur Eksekutif SETARA Institut, Haili Hasan, serta seorang aktivis yang fokus pada pemberdayaan perempuan dan anak turut hadir sebagai narasumber. Acara ini juga dimoderatori oleh Aminah Kurniasih, yang menjabat sebagai Ketua PD Aisyiyah Kota Semarang. Momen dialog ini semakin bermakna dengan peluncuran Forum Perempuan Lintas Agama (FORPELA) Kota Semarang. Organisasi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Hj. Aikhah, M. Ag., seorang tokoh yang terkenal aktif dalam gerakan sosial agama. FORPELA diharapkan dapat menjadi sarana baru bagi perempuan untuk membangun jaringan antar iman, memperkuat solidaritas, dan bersinergi untuk menanamkan nilai damai di masyarakat.
Wali kota Semarang, Agustina Wilujeng, menyampaikan harapan yang besar terhadap FORPELA. Dia menekankan agar forum ini tidak hanya berhenti dalam diskusi, tetapi juga menghasilkan program yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya berharap FORPELA dapat menjaga nilai-nilai peradaban, toleransi, persaudaraan, dan kasih sayang di Kota Semarang. Upaya ini akan terasa lebih mudah jika kita melakukannya secara kolektif,” ucap Agustina.
Lebih lanjut, Wali kota menegaskan pentingnya menyediakan ruang yang aman bagi perempuan. Ia berpendapat bahwa perempuan memiliki peran yang signifikan bukan hanya dalam keluarga tetapi juga dalam masyarakat secara luas. Dari lingkungan keluarga hingga publik, perempuan memiliki posisi strategis sebagai penyebar nilai damai.
“Hari ini kita berkumpul dalam momen yang sangat berarti. Forum ini tidak hanya sekadar diskusi tetapi juga suatu aksi bagi perempuan lintas agama untuk lebih memahami kondisi perempuan di Semarang dan sekaligus memperkuat persaudaraan meskipun ada perbedaan,” tambah Agustina.
Ia juga menggarisbawahi bahwa tema yang diangkat sangat relevan dan menarik. Dari Millenium Development Goals (MDGs) hingga Sustainable Development Goals (SDGs), isu terkait perempuan selalu menjadi perhatian utama. Ia percaya bahwa perempuan bukan hanya pilar keluarga, tetapi juga jembatan peradaban yang mampu mengubah keberagaman menjadi kekuatan.
“Peran perempuan itu sangat spesial. Mereka adalah mesin penggerak pembangunan, penjaga harmoni, dan sumber kasih sayang. Banyak tokoh perempuan yang telah menjadi pelopor dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya. Bahkan saya berdiri di sini sebagai contoh nyata bahwa perempuan bisa berperan dalam kepemimpinan,” jelasnya.
“Kehadiran perempuan dari berbagai latar belakang agama mencerminkan identitas Semarang sebagai kota dengan semangat persatuan. Mereka adalah penjaga yang paling setia terhadap harmoni. Suara perempuan adalah penyejuk, dan langkah mereka adalah pemandu menuju persaudaraan,” tuturnya.
Dengan diluncurkannya FORPELA, Wali Kota berharap muncul kolaborasi nyata yang dapat memperkuat nilai-nilai peradaban, toleransi, dan solidaritas di Semarang. Ia menekankan bahwa tantangan sosial dapat dirasakan lebih ringan jika dihadapi bersama-sama.
“Dialog ini harus dijadikan awal untuk gerakan yang nyata. Mari kita bersatu untuk menjaga kota ini agar tetap kondusif, damai, dan inklusif. Mari kita ciptakan ruang yang aman, perkuat solidaritas, dan jadilah teladan dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian. Bersama, kita akan membangun Semarang yang lebih baik,” tutup Wali Kota.
Acara ini ditutup dengan semangat kebersamaan dari semua peserta, yang menandakan komitmen baru di antara perempuan lintas agama di Semarang untuk terus berkontribusi dalam menciptakan kota yang rukun, damai, inklusif, dan berkeadilan sosial bagi seluruh warganya.