IHSG Anjlok Parah Lebih dari 3%, Sentimen Global dan Aksi Jual Saham Big Cap Diduga Jadi Biang Keladi

IHSG Anjlok Parah Lebih dari 3%, Sentimen Global dan Aksi Jual Saham Big Cap Diduga Jadi Biang Keladi

ilustrasi

JAKARTA, KANALINDONESIA.COM: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja buruk pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (17/10/2025). Indeks acuan tersebut ambruk tajam, terkoreksi hingga lebih dari 3%, dan harus menutup perdagangan di level psikologis 7.915.

Penurunan ini tergolong signifikan, menjauhkan IHSG dari level 8.000 dan rekor tertinggi (All-Time High) yang sempat dicapai beberapa waktu lalu. Berdasarkan data perdagangan, IHSG melemah hingga 3,22% atau kehilangan sekitar 209 poin.

Sentimen Global dan Saham Konglomerat Jadi Penekan Utama

Anjloknya IHSG dipicu oleh kombinasi sentimen negatif dari global dan aksi jual besar-besaran, terutama pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar (*big cap*) yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan konglomerasi.

Analis pasar modal menyebutkan beberapa faktor pemicu utama:

1.  Sentimen Global: Kekhawatiran di pasar global, termasuk isu kekhawatiran di sektor perbankan Amerika Serikat serta meningkatnya tensi dagang antara Tiongkok dan AS, turut menekan pasar saham regional, termasuk Indonesia.

2.  Aksi Ambil Untung (Profit Taking): Setelah sempat mencetak rekor, investor melakukan aksi ambil untung yang masif, terutama pada saham-saham yang telah mengalami kenaikan harga signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Saham-saham terkait konglomerat menjadi salah satu penyeret utama pelemahan ini.

3.  Koreksi Saham Big Cap: Mayoritas sektor, terutama utilitas, energi, dan teknologi, berada di zona merah. Sebanyak 598 saham tercatat melemah, jauh dibandingkan 116 saham yang menguat.

Respons Bursa Efek Indonesia

Menanggapi koreksi yang cukup dalam ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, sempat memberikan tanggapan. Sementara itu, Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa koreksi ini dipengaruhi oleh sentimen global dan mengingatkan bahwa pasar saham Indonesia cenderung sensitif terhadap dinamika regional dan global.

Nilai Transaksi dan Arus Dana Asing

Meskipun IHSG anjlok, nilai transaksi perdagangan tetap tinggi, mencapai Rp 27,964 triliun. Menariknya, di tengah pelemahan domestik, arus dana asing (investor asing) menunjukkan adanya transaksi jual beli yang signifikan, dengan beberapa saham konglomerat menjadi objek utama transaksi tersebut.

Bagi investor, koreksi ini menjadi sinyal untuk kembali melakukan analisis fundamental dan mempertimbangkan strategi jangka panjang, karena penurunan harga saham berkualitas dapat menjadi peluang akumulasi. Namun, kewaspadaan tetap dibutuhkan mengingat ketidakpastian sentimen global yang masih membayangi pasar. (Tim)