Pembersihan Puing Musala Al Khoziny: Mengalami Kendala

Pembersihan Puing Musala Al Khoziny:  Mengalami Kendala

SIDOARJO, KANALINDONESIA.COM: Proses pembersihan puing reruntuhan sudah lebih dari 60 persen. Namun di balik seluruh rangkaian pembersihan puing dan reruntuhan sampai dengan siang ini, tim gabungan menemui satu kendala, yakni adanya salah satu beton yang terhubung dengan gedung atau bangunan di sebelahnya.

Sebagai solusi, BNPB telah meminta tim ahli dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk melakukan investigasi forensik struktur bangunan secara menyeluruh sehingga dapat memberikan rekomendasi sesuai keilmuan kepada tim pembersihan dan evakuasi.

“Beton ada yang menempel di sebelah kiri dan terhubung dengan gedung atau bangunan lain di sebelahnya. Tim dari ITS akan melakukan investigasi dan memberikan petunjuk kepada tim agar proses pembersihan ini tidak mengganggu atau merusak bangunan lain,” jelas Abdul Muhari, kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Menjaga Stamina Tim SAR

Memasuki hari ketujuh sejak awal kejadian, tim yang bertugas untuk operasi SAR dan pembersihan puing terus bekerja selama 24 jam secara bergantian dalam interval waktu 3 jam sekali. Beberapa personel pun sudah mulai membutuhkan dukungan stamina ekstra dan pelayanan khusus, sebab beberapa jenis gejala kesehatan seperti gatal-gatal mulai dirasakan.

Sebagai pemecahan masalah tersebut, pihak Dinas Kesehatan menambah pelayanan ekstra dengan memberikan dukungan kesehatan bagi para personel SAR, baik berupa suplemen vitamin hingga penanganan gejala gatal-gatal yang mulai dialami beberapa personel. Di sisi lain, Dinkes juga memberikan layanan ekstra bagi tim SAR untuk menjaga staminanya selama proses hingga semua pekerjaan selesai.

Penyakit Lanjutan Dampak Pembusukan Mayat

Hal yang tidak kalah penting dalam rangkaian penanganan darurat ini adalah potensi penyakit lanjutan dampak pembusukan jenazah yang sudah memasuki tujuh hari. Kendati jenazah korban bencana tidak menularkan penyakit berbahaya secara langsung kepada petugas maupun masyarakat sekitar, namun hal itu menjadi perhatian BNPB maupun pihak stakeholder terkait.

Secara umum, proses pembusukan jenazah memang menghasilkan cairan dan gas yang berbau, namun pada umumnya tidak menjadi sumber penularan penyakit menular seperti HIV, TBC, atau COVID-19.

Risiko kesehatan justru dapat timbul apabila cairan pembusukan mencemari sumber air bersih di sekitar lokasi, terutama di daerah padat penduduk atau yang memiliki sanitasi kurang memadai. Kondisi ini dapat memicu munculnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare, kolera, tifoid, atau hepatitis A, bukan karena kontak langsung dengan jenazah, tetapi akibat air yang terkontaminasi.

Sebagai solusi, BNPB bersama Pusat Krisis Kesehatan RI dan Dinkes bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur juga akan menambah porsi penyemprotan insektisida maupun disinfektan termasuk strategi pengelolaan lingkungan di area pembersihan puing dan kawasan sekitar. Tujuannya untuk memitigasi dan mencegah terjadinya penyakit lanjutan dari pembusukan jenazah yang sudah memasuki hari ketujuh.

Di samping itu, BNPB juga akan memberikan dukungan tambahan berupa peralatan seperti Alat Pelindung Diri (APD), kacamata google, sarung tangan khusus, masker, sepatu boots dan kebutuhan lain yang diperlukan sesuai standar prosedur sekali pakai.

“Nanti semua keperluan, APD, kacamata google dan apapun BNPB akan dukung. BNPB punya banyak APD dan semua peralatan lain yang dibutuhkan,” kata Budi.

Layanan Psikososial Hingga Bekam Tradisional

Banyaknya kendaraan darurat seperti ambulance maupun dump truk yang berlalu lalang selama proses evakuasi dikhawatirkan dapat memicu dampak trauma kepada keluarga korban, tetangga maupun pengguna jalan lainnya.

Sebagai solusi, Dinas terkait membuka layanan psikososial yang dapat diakses secara umum dan memberikan pelayanan secara gratis di posko kesehatan tak jauh dari lokasi kejadian.

Khususnya bagi keluarga korban atau wali santri yang telah menunggu kepastian sejak hari pertama sampai sekarang, pihak Puskris dan Dinas Kesehatan juga memberikan layanan lain berupa pijat refleksi gratis termasuk bekam tradisonal. Hal ini disediakan setelah banyak wali santri yang mulai mengeluhkan gejala kesehatan dan membutuhkan solusi tersebut.

BNPB, Basarnas, Dinas Kesehatan, TNI, Polri dan semua pihak yang terlibat memohon dukungan dan doa agar semua pelaksanaan dan perjuangan kemanusiaan ini dapat segera dituntaskan dengan semaksimal mungkin.