Potret Buram : Perantauan Terlantar Sekeluarga Dipulangkan Polisi Lamongan ke Medan

Potret Buram : Perantauan Terlantar Sekeluarga Dipulangkan Polisi Lamongan ke Medan

Kisah keluarga Fadil bukan sekadar cerita tentang kesulitan ekonomi, melainkan potret nyata perjuangan para perantau di tengah ketidakpastian hidup. Di sisi lain, aksi cepat aparat dan kepedulian warga menjadi bukti bahwa nilai kemanusiaan masih hidup di tengah kerasnya realitas sosial”.

LAMONGAN, KANALINDONESIA.COM: Malam ini di halaman rumah seorang polisi IPDA Purnomo Polisi Lamongan , tampak sepasang suami istri bersama tiga anak kecil tengah bersiap naik bus. Raut lelah masih terlihat di wajah mereka, tapi kali ini terselip harapan baru. Setelah berhari-hari berjalan kaki tanpa tujuan pasti, keluarga itu akhirnya bisa pulang ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara.Senin (27/10/2025)

Mereka adalah Moh. Fadil (35), Risky Nur Atmi (30), dan tiga anaknya, Ridwan Pratama (8), Siti Nurfalizah (7), serta Alhafiz (4). Lima orang ini menjadi sorotan publik setelah kisah pilu mereka viral — terlantar di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sebelum akhirnya dievakuasi oleh Ipda Purnomo, anggota Polres Lamongan yang akrab disapa Pak Pur.

Awal kisah ini bermula dari langkah nekat mereka merantau ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sekitar setahun lalu. Fadil bekerja sebagai buruh penjaga tambak ikan, berharap bisa memperbaiki nasib keluarga. Namun, harapan itu kandas. Enam bulan terakhir, pemilik tambak menghilang tanpa kabar dan meninggalkan para pekerjanya tanpa upah.

“Sudah enam bulan kami tidak digaji, katanya usaha bangkrut. Kami bingung mau makan apa,” tutur Fadil pelan.

Tanpa bekal dan tabungan, keluarga kecil itu memutuskan kembali ke kampung halaman mereka di Jl. Pasar Lama, Lingkungan 29, Desa Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan. Perjalanan jauh itu mereka tempuh dengan menumpang bus sejauh yang bisa dibayar, lalu melanjutkan dengan berjalan kaki saat uang habis.

Namun takdir membawa mereka terhenti di Lamongan. “Kami sudah empat hari jalan kaki. Kadang makan dari belas kasih orang,” kenang Risky, menahan air mata.

Di tengah kelelahan itu, nasib mempertemukan keluarga Fadil dengan Ipda Purnomo. Polisi yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial itu mendapat laporan dari warga tentang satu keluarga yang berjalan kaki tanpa tujuan di jalan raya. Tanpa pikir panjang, ia langsung menjemput mereka.

“Saya lihat mereka sudah lemas, anak-anaknya kelaparan. Jadi saya ajak pulang dulu, biar istirahat,” kata Purnomo. Malam itu, keluarga Fadil menginap di rumahnya, diberi makan dan pakaian bersih.

Keesokan harinya, kabar tentang keluarga ini menyebar luas di media sosial. Warganet ramai mengapresiasi tindakan Purnomo yang dianggap mewakili wajah humanis polisi di tengah masyarakat.

Dibantu Hingga Pulang ke Medan

Berbagai pihak pun tergerak. Wakil Wali Kota Medan mengirimkan bantuan Rp5 juta, disusul bantuan pribadi dari Doni Prabu Motor sebesar Rp5 juta untuk ongkos dan bekal perjalanan.

“Alhamdulillah, malam ini keluarga itu sudah kami antar naik bus menuju Medan,” ujar Purnomo saat ditemui, Senin (27/10). Ia menyebut, sebelum keberangkatan, keluarga Fadil beristirahat di rumahnya satu malam untuk memulihkan tenaga.

Bagi Fadil, pengalaman itu menjadi pelajaran hidup yang tak terlupakan. “Kami tak menyangka masih ada orang sebaik Pak Purnomo. Semoga amalnya dibalas Allah,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kisah keluarga Fadil bukan sekadar cerita tentang kesulitan ekonomi, melainkan potret nyata perjuangan para perantau di tengah ketidakpastian hidup. Di sisi lain, aksi cepat aparat dan kepedulian warga menjadi bukti bahwa nilai kemanusiaan masih hidup di tengah kerasnya realitas sosial.

“Kadang orang hanya butuh sedikit perhatian untuk bisa kembali berdiri,” kata Purnomo.

Kini, bus yang membawa keluarga Fadil telah melaju ke arah utara. Di balik kaca jendela, tiga anak kecil melambaikan tangan — mungkin tanda perpisahan, mungkin juga tanda harapan baru.

Bagi sebagian orang, itu mungkin hanya kisah kecil tentang satu keluarga terlantar. Tapi bagi Fadil dan Pak Purnomo, pertemuan itu akan selalu diingat sebagai bukti bahwa empati belum benar-benar hilang dari negeri ini. (Tim)