Rajutan Asa di Balik Jeruji: Kisah WBP Lapas Ngawi Menciptakan Tas Anyaman Plastik Bernilai Ekonomi
NGAWI, KANALINDONESIA.COM: Dinding tinggi dan jeruji besi tak membatasi kreativitas. Di Lapas Kelas IIB Ngawi, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tengah merajut harapan baru, bukan dengan benang, melainkan dengan untaian tali plastik bekas. Di tangan mereka, limbah plastik diubah menjadi produk bernilai jual: tas anyaman yang kini siap bersaing di pasar UMKM.
Kegiatan pembuatan kerajinan tas anyaman plastik ini bukan sekadar mengisi waktu luang. Bagi penghuni lapas, ini adalah jembatan menuju kemandirian, sebuah bekal berharga untuk bekal mereka saat kembali ke tengah masyarakat.
Kepala Lapas Ngawi, Iwan Setiawan, menegaskan bahwa program ini merupakan upaya nyata penguatan dan peningkatan kapasitas WBP.
“Program ini tujuannya ganda. Pertama, membekali mereka keterampilan praktis. Kedua, dan yang terpenting, menumbuhkan jiwa kemandirian dan produktivitas,” ujar Iwan.
Setiap anyaman yang terajut memiliki maknanya sendiri. Proses pembuatan tas ini melibatkan ketelitian dan kesabaran, melatih konsentrasi sekaligus membentuk mental para warga binaan agar siap bekerja dan berkreasi. Dari tangan mereka lahir berbagai model tas yang memiliki daya saing, membuktikan bahwa potensi produktif tetap ada di balik keterbatasan.
Produk kerajinan tas anyaman plastik ini direncanakan akan dipasarkan secara luas, menjangkau pasar di luar Ngawi. Langkah pemasaran ini sekaligus menjadi bentuk nyata pemberdayaan dan kontribusi lapas terhadap pengembangan ekonomi kreatif lokal.
Lebih dari sekadar program kerajinan, kegiatan ini adalah perwujudan dari 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan. Program tersebut secara khusus menekankan pentingnya pembinaan produktif serta peningkatan kapasitas WBP, memastikan bahwa setiap warga binaan akan siap kembali berperan aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi setelah masa pidananya berakhir.
Melalui program anyaman ini, Lapas Ngawi menunjukkan bahwa pemasyarakatan adalah tentang pembinaan dan kesempatan kedua. Setiap rajutan tas anyaman plastik adalah simbol optimisme, membuktikan bahwa dengan pembinaan yang tepat, WBP mampu menjadi subjek ekonomi yang produktif dan mandiri. (Rzl)








