Banjir Kota Semarang Mulai Surut, Jalan Kaligawe Kembali Terbuka
SEMARANG, KANALINDONESIA.COM: Upaya penanganan darurat yang terpadu dan terstruktur oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai menunjukkan hasil signifikan. Ketinggian air genangan banjir di sejumlah titik **Semarang Raya mulai surut**, bahkan Jalan Raya Kaligawe kini sudah dapat dilalui kendaraan roda dua pada Minggu (2/11).
Hasil pantauan tim gabungan dari BNPB, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), dan Pusdataru di lapangan memastikan penurunan tinggi muka air genangan. Di jalur utama, aspal Jalan Raya Kaligawe sudah terlihat dan kendaraan bermotor sudah dapat melintas. Meski demikian, masyarakat dan pengendara tetap harus berhati-hati saat melintasi jalur tersebut.
Penurunan tinggi muka air juga terjadi pada Kolam Retensi Terboyo. Setelah lebih dari lima hari pompanisasi intensif, tinggi muka air kolam penampung tersebut turun hingga 65 sentimeter. BBWS dan BNPB mengoperasikan pompa secara maksimal dan memperlebar jalur keluar air di *outlet* Kolam Retensi Terboyo menuju Laut Jawa.
Sementara itu, genangan air di wilayah permukiman masih terpantau di 13 kelurahan dalam lingkup Kecamatan Genuk. Elevasi air di permukiman ini tercatat lebih rendah daripada kolam retensi Terboyo Wetan yang berdekatan dengan rumah pompa air Sringin dan mesin pompa BNPB di Terboyo Wetan.
Penurunan tinggi muka air di Semarang Raya juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. BNPB berhasil menurunkan intensitas curah hujan hingga 70 persen melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang telah memasuki hari kedelapan, Minggu (2/11).
Dalam pelaksanaan OMC, bahan semai Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) ditaburkan. Tujuannya adalah mengurai pembentukan awan hujan dan menurunkan hujan di wilayah hulu sungai, yaitu area yang memiliki penampungan air seperti waduk atau embung, serta sungai dengan batas elevasi yang aman. Tindakan ini memberikan ruang bagi Satgas pompanisasi dan penguatan tanggul di wilayah Kota Semarang untuk bekerja lebih maksimal.
Meskipun demikian, BNPB meminta warga agar tetap waspada dan aktif menjaga lingkungan. Warga diimbau untuk tidak membuang sampah di sungai atau aliran air, menambah ruang resapan air, menormalisasi selokan permukiman, dan selalu memantau informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Menurut rekapitulasi BMKG, wilayah Semarang Raya memang berpotensi mengalami peningkatan intensitas hujan setiap bulan Januari dan Februari, meski curah hujan pada November dan Desember masih dalam kategori aman.
Kepada pemerintah daerah setempat, BNPB menekankan pentingnya peningkatan upaya mitigasi dan kapasitas masyarakat. Banjir di Semarang Raya merupakan isu kompleks yang melingkupi banyak permasalahan, mulai dari tata ruang, perencanaan pembangunan, hingga koordinasi penanganan bencana yang belum optimal. BNPB menyebutkan, faktor-faktor ini menjadi penyebab utama sulitnya pengendalian banjir di Kota Semarang.






















