Fraksi PDIP DPRD Jatim: “Pembukaan Bandara Jember dan Kediri Harus Diringi Peningkatan Akses Jalan”

ANANG 28 Nov 2025
Fraksi PDIP DPRD Jatim: “Pembukaan Bandara Jember dan Kediri Harus Diringi Peningkatan Akses Jalan”

foto : Dok Humas Setwan DPRD Jatim

SURABAYA KANALINDONESIA.COM – Setelah sempat tidak beroperasi karena sejumlah kendala terutama masalah penumpang, Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Internasional Dhoho Kediri akhirnya beroperasi kembali.

Dibukanya dua bandara di Jatim ini mengudang reaksi dari Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur, Dewanti Rumpoko.
Mengaku optimis dengan beroperasinya dua bandara ini anggota Fraksi PDIP ini memberikan sejumlah catatan agar bandara ini tetap konsistensi beroperasi terutama soal akes jalan dan ketersediaan transportasi pendukung. Dengan tegas Dewantidua bandara tersebut tidak akan memberikan dampak signifikan bagi ekonomi dan pariwisata daerah jika dua hal ini tidak diperhatikan.

“Saya berdoa mudah-mudahan itu bisa secara operasional jalan terus ya, namun akes jalan dan ketersediaan transportasi pendukung harus disiapkan dengan benar,” ujar Dewanti saat ditemui di DPRD Jatim.

Anggota Fraksi PDIP DPRD Jatim itu mengingatkan bahwa Bandara Jember sebelumnya sempat berhenti beroperasi. Demikian pula Bandaha Dhoho Kediri. Yang kedunya disebabkan karena rendahnya jumlah penumpang yang tidak sebanding dengan biaya operasional. Dewanti berharap ini tidak terjadi lagi. Sebab jika berkembang nanti akan menghadirkan potensi besar untuk masyarakat sekitar.

“Mudah-mudahan ini menjadi sesuatu yang luar biasa, yang bagus. Yang ada dampak terhadap potensi wisata lokal,” tegas mantan Wali Kota Batu tersebut.

Dewanti menilai dua bandara itu memiliki peluang besar menjadi motor pertumbuhan kawasan. Baik di Jember maupun di Kediri

“Kalau dikelola benar, saya yakin pertumbuhan ekonomi di sekitar bandara akan meningkat. Industri, UMKM, dan destinasi wisata akan bergerak,” ujarnya.

Namun, semua prediksi ini tidak akan terwujud bila pemerintah daerah tidak menyiapkan transportasi dan infrastruktur penunjang secara serius. “Wisatawan atau tamu yang datang jangan sampai kesulitan. Harus ada transportasi yang siap, nyaman, dan terjangkau,” tandasnya.

Sementara itu dari sisi teknis, fasilitas dua bandara itu lanjut Dewanti, sebenarnya sudah sangat memadai. Bandara Notohadinegoro Jember kini memiliki runway 1.645 x 30 meter, apron 68 × 96 meter, serta terminal 920 m². Kemenhub bahkan menyiapkan pengembangan runway menjadi 2.250 x 45 meter—bahkan berpotensi hingga 2.500 meter—agar bisa melayani pesawat berbadan besar.

Sementara Bandara Dhoho Kediri dibangun sebagai megaproyek modern dengan runway 3.300 meter x 45 meter, terminal 18.000 m² berkapasitas awal 1,5 juta penumpang per tahun, dan apron yang mampu menampung hingga 12 pesawat narrow body dan 3 pesawat wide body. “Bandara itu pintu. Tapi tanpa jalan yang nyaman, shuttle, feeder, dan transportasi publik yang memadai, wisatawan akan berhenti di pintunya saja,” tegas Dewanti.

Ia menilai pemilik otoritas bandara baik pemerintah kabupaten/kota maupun pemprov harus segera menyediakan trayek DAMRI, shuttle reguler dari pusat kota, serta jalur penghubung antar objek wisata agar pergerakan wisatawan menjadi lebih mudah.

Dewanti juga menyoroti data awal operasional Bandara Dhoho. Berdasarkan laporan AP I, pada masa arus mudik Lebaran 2024, bandara tersebut mencatat 1.155 penumpang hanya dalam beberapa hari, meski dengan penerbangan yang masih terbatas.

“Ini sinyal positif bahwa minat masyarakat cukup tinggi. Tapi kalau aksesnya tidak cepat dibenahi, potensinya tidak akan maksimal,” ujarnya.

Sebagai anggota Komisi D DPRD Jatim, Dewanti memastikan lembaganya siap mengawal penganggaran dan kebijakan pendukung penguatan dua bandara tersebut.

Dirinya meminta Pemprov Jatim tidak hanya fokus pada pembangunan bandara, tetapi juga fasilitas pendukung seperti peningkatan jalan provinsi, jalur penghubung wisata, transportasi terintegrasi, hingga manajemen lalu lintas yang ramah penumpang.

“Setiap rupiah pembangunan harus kembali ke masyarakat dalam bentuk manfaat nyata—pariwisata bangkit, usaha bergerak, dan ekonomi lokal tumbuh,” tegasnya.

“Ingat bandaranya sudah bagus. Sekarang saatnya membangun akses yang mudah. Kalau tidak, dampak pembangunan hanya berhenti di papan nama,” lanjut anggota DPRD Jatim dari Daerah Penilihan Malang Raya ini. Nang