Sosialisasi Bersama Warga, Wiwin Sumrambah: Budaya Lokal Benteng Karakter Bangsa
JOMBANG, KANALINDONESIA.COM: Suasana di sebuah acara di Desa Karanglo, Mojowarno, Jombang (9/11/2025) siang itu terasa berbeda. Denting musik lagu tradisional mengalun pelan. Di tengah ratusan warga yang jadi peserta upacara, hadir Anggota DPRD Jawa Timur, Wiwin Sumrambah.
Kehadirannya menyampaikan sebuah pesan kebudayaan yang dinilainya penting untuk generasi bangsa mendatang. Bahkan Wakil Rakyat Jatim di Jombang ini mengajak warga agar budaya lokal untuk kembali dilestarikan.
“Budaya itu seharusnya jadi tuntunan, bukan tontonan,” ujar Wiwin membuka kegiatan sosialisasi literasi budaya.
Kalimat itu menjadi pengantar dari kegelisahannya melihat masyarakat Jombang yang menurutnya, makin jauh dari akar tradisi. Wiwin menilai derasnya budaya luar yang mudah diakses lewat gawai membuat kesenian dan tradisi lokal kian terhimpit.
“Pendiri bangsa sudah meletakkan fondasi keberagaman budaya. Tapi sekarang banyak yang mulai melupakannya,” katanya.
Ia mencontohkan bagaimana kesenian tradisional yang dulu sarat nilai moral kini bergeser menjadi sekadar hiburan.
“Dulu Sunan Kalijaga menyampaikan dakwah melalui budaya. Sekarang banyak kesenian kehilangan ruh karena mengejar pasar,” ujarnya.
Bagi Wiwin, tantangan terbesar justru muncul dari perubahan perilaku dalam keluarga. Interaksi kini banyak tergantikan oleh layar ponsel, yang menurutnya menjadi pintu masuk budaya instan.
“Media sosial bisa mengikis identitas jika kita tidak bijak,” ujarnya.
Karena itu, ia menegaskan kembali bahwa merawat budaya bukan berarti menolak modernitas. Yang dibutuhkan adalah keseimbangan.
“Kita boleh maju, tapi jangan lupa akar kita. Budaya lokal adalah benteng karakter bangsa,” ucapnya.
Di antara peserta, Sri Wahyuni, 43 tahun, mengaku merasakan hal yang sama. Ia datang karena rindu melihat budaya lokal kembali dipelajari anak muda.
“Anak-anak saya lebih hafal lagu Korea daripada cerita rakyat Jawa. Kalau tidak diingatkan begini, budaya kita bisa hilang pelan-pelan,” katanya.
Acara siang itu ditutup dengan tepuk tangan panjang. Di luar balai desa, beberapa warga masih berbincang, membicarakan permainan tradisional dan kesenian yang dulu pernah ramai. (Faiz)





















