SURABAYA, KANALINDONESIA.COM: Guru Besar Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, Prof. Antoni, S.T., M. Eng., Ph.D., baru saja berhasil melakukan riset terkait daur ulang limbah abu terbang (fly ash) sebagai pengganti semen dalam beton.
Prof. Antoni menuturkan, riset tersebut dilakukan karena banyaknya abu terbang dari hasil sisa pembakaran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang belum dimanfaatkan dengan baik di Indonesia.
Jika dibuang begitu saja, dibiarkan menumpuk dan tidak diolah, limbah abu terbang ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan secara masif, hingga menimbulkan penyakit saluran pernafasan kronik dan nonspesifik pada manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sebagai gambaran, di tahun 2021 saja jumlah limbah fly ash yang dihasilkan di Indonesia berjumlah tidak kurang dari 8,7 juta ton per tahun, yang berhasil di daur ulang hanya lebih kurang 10% saja. Semula memang fly ash dikategorikan sebagai material B3, namun sesuai dengan PP nomor 22 tahun 2021, fly ash tidak lagi dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Maka dari itu saya meneliti lebih jauh bagaimana caranya mendaur ulang fly ash ini agar bisa menjadi bahan baku beton yang berkualitas dengan mengurangi bahan semennya,” kata Prof. Antoni, Rabu (9/3).
Dalam risetnya, Prof. Antoni menekankan bahwa jika ingin memanfaatkan abu terbang khususnya dari PLTU maka perlu juga memahami dengan baik kualitasnya.
“Sebagai limbah, tidak semua fly ash memiliki kualitas yang baik dan seragam. Maka dari itu fly ash itu perlu melalui berbagai tahap evaluasi terlebih dahulu. Dan jika sudah bisa memanfaatkannya dengan maksimal, maka produksi beton di Indonesia bisa dilakukan secara massal,” ucapnya.
Prof. Antoni mengungkapkan, jika selama ini fly ash sudah mulai dimanfaatkan dalam pembuatan beton di Indonesia, namun umumnya hanya dengan kadar rendah, antara untuk menggantikan semen sebesar 20-30% saja. Padahal, menurutnya, kadar penggunaannya ini masih bisa di tingkatkan kembali, bahkan hingga 100%.
“Agar kualitas beton dapat dijaga tetap bagus, kualitas fly ash yang digunakan perlu melalui proses quality control. Dalam penelitian, kami mengembangkan metode quality control mutu fly ash yang dapat dilakukan dengan cepat, yang kami sebut dengan Rapid Indicator. Untuk bahannya, cuma pakai fly ash dicampur air, pasir, dan krikil itu juga bisa jadi,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Beton dan Konstruksi UK Petra ini.
Menurutnya, dengan memanfaatkan limbah abu terbang yang baik secara konsisten akan mengurangi masalah lingkungan, sekaligus mengurangi penggunaan semen, yang dimana proses produksinya juga menghasilkan gas karbon dioksida yang meningkatkan efek rumah kaca.
“Pemanfaatan semen yang efisien dan efektif, disertai dengan pemanfaatan limbah abu terbang sebagai material pengganti sebagian semen, mampu menghasilkan mutu beton yang baik dan tahan lama serta mempunya nilai ekonomis tinggi,” ucapnya.
Ke depan, pihaknya berharap akan lebih banyak lagi masyarakat yang memanfaatkan abu terbang agar tidak mencemari lingkungan. Ady