Ingin Bandara Dhoho Ramai, khusnul Arif Berharap 13 Kabupaten Kota Bertemu

ANANG 04 Sep 2025 KANAL JATIM, KANAL SURABAYA
Ingin Bandara Dhoho Ramai, khusnul Arif Berharap 13 Kabupaten Kota Bertemu

SURABAYA KANALINDONESIA.COM – Kondisi Bandara Dhoho Kediri yang masih sepi bahkan tidak beroperasi saat ini, mendapat perhatian dari Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim KHusnul Arif.

Politiisi Nasdem yang berasal dari Dapil Kediri ini melihat belum adanya langkah padu kepala daerah disekitar Bandara Dhoho yang terdiri dari 13 Kabupaten Kota yang ada diseputaran gunung Wilis ini.

“Butuh kerjasama dari 13 Kabupaten kota untuk menjadikan bandara yang dibangun triliunan itu agar menjadi pilihan utama orang datang dan keluar dari wilayah Selingkar Wilis ini. Saling bekerjasama dengan potensinya masing-masing untuk orang datang dan menginap lama di sini, tentu lewat Bandara Dhoho,” kata Pria yang akrab disapa Mas Pipin ini, Kamis (4/9/2025).

Ke 13 Kabupaten Kota yang ada di Selingkar Wilis ini adalah, Kota dan Kabupaten Kediri, Kota/Kabupaten Madiun, Kota/Kabupaten Blitar, Ponorogo, Magetan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek dan Tulungagung. Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Khusnul Arif mengusulkan perlu ada sindikasi atau kerjasama diberbagai bidang dari kepala daerah 13 kabupaten kota agar bandara Dhoho bisa menjadi yang ramai menjadi alternatif datang dan dari wilayah selingkar Wilis ini dengan difasilitasi Provinsi.

“Perlu ada semacam forum atau apalah namanya mewadahi 13 Kabupaten kota ini bersinergi. Disinilah peran Pemprov Jatim untuk memfasilitasi,” tambahnya.

Diakui Mas Pipin, bahwa harga tiket yang tidak kompetitif serta pilihan jam terbang yang tidak variatif menjadi kendala penumpang menggunakan bandara Dhoho. “Saya pernah naik lewat Dhoho, tapi kayaknya harganya kurang kompetitif, selain itu jadwalnya cuma 2 kali seminggu itupun dua maskapai dan tujuannya hanya Jakarta dan Balikpapan,” kata Mas Pipin.

Tidak heran akhirnya banyak yang cenderung pilih ke Bandara Juanda karena dinilai lebih praktis dan kompetitif untuk harga tiketnya. “Dengan menambah 100 ribu dan jarak tempuh yang masih terjangkau , orang lebih pilih ke Juanda,” kata Mas Pipin.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Kediri 2019 – 2024 ini mengatakan harus dikejar bagiamana cara agar potensi di Selingkar Wilis ini diminati masyarakat luar agar datang dan menginap di sekitaran bandara Dhoho, “Wisata pantai dan juga wisata religi kini banyak, namun belum bisa kayak Bali yang menawarkan perjalan wisata paket . Misal ke wisata calon arang, trus lanjut ke Pantai mana gitu , dilanjut wisata apa lagi, tapi dalam satu paket,’ tambahnya.

Jika itu dikerjakan dan disertai dengan promo yang besar , Mas Pipin yakin pasti menarik, “Kalau paket kan enak. Wisatawan punya pilihan yang sesuai keinginannya,” usulnya.

Pria berjanggut lebat ini berharap pemerintah provinsi segera memfasilitasi pertemuan 13 pemimpin daerah menyatukan visi Bandara Dhoho mendunia karena menjadi gerbang ekonomi baru Selingkar Wilis .

Mas Pipin mengaku sudah pernah menyampaikan hal ini kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Timur untuk memberikan perhatian lebih kepada bandara Dhoho melalui rancangan RPJM yang sedang dilakukan.

Keberadaan bandara Dhoho mendunia bukan hal yang mudah tapi harus diusahakan sebab potensi wisata ekonomi UMKM dan industri di wilayahnya selingkar Wilis sudah cukup memadai atau memiliki daya tarik yang cukup tinggi. Apalagi secara infrastruktur baik jalan ataupun fasilitas lainnya juga sudah cukup memadai bahkan bisa disebut sangat layak karenanya dia Provinsi Jawa Timur segera mengagendakan untuk mempertemukan ke-13 kepala daerah di wilayah selingkar Wilis tersebut. “Secara instruktur semuanya siap, tinggal bagaimana bersama-sama membuat orang datang dan menginap lama disini, lewat bandara Dhoho,” pungkasnya.

Saat ini bandara Dhoho meski naik statusnya menjadi Bandara Internasional namun sementara berhenti beroperasi. Masalah internal dari pihak maskapai menjadi alasan kenapa harus dihentikan sementara. Nang