ISF 2025 Resmi Dibuka: Dorong Investasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

ISF 2025 Resmi Dibuka: Dorong Investasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

Panelis Chief Sustainability and Communications Officer PT SMART Anita Neville (kiri), Presiden Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan Peter Bakker (kedua kiri), Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Djap Tet Fa (tengah), Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi (kedua kanan) dipandu moderator CEO & Founder Indonesia Economic Forum Sachin Gopalan (kanan) menyampaikan paparan pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta, Jumat (10/10/2025). Dalam diskusi sesi panel kedua tersebut mengangkat tema Feeding the Future: Sustainable Innovation to Boost Agriculture Productivity. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/sgd

JAKARTA, KANALINDONESIA.COM: Indonesia kembali menggelar Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, forum kolaboratif lintas sektor untuk mendorong investasi berkelanjutan dan mempercepat transformasi menuju ekonomi hijau, di Jakarta International Convention Center (JICC) pada 10 – 11 Oktober 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Willayah, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia.

ISF 2025 dibuka langsung Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani dan Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Novyan Bakrie pada Jumat pagi, 10 Oktober 2025. Lebih dari 10.000 peserta dari dalam dan luar negeri turut memeriahkan, mulai dari perwakilan pemerintah, BUMN, pelaku usaha, akademisi, investor global, lembaga keuangan, dan organisasi internasional. Selama dua hari, ISF 2025 akan menghadirkan 62 pembicara, terdiri atas 25 pembicara nasional dan 37 pembicara internasional, termasuk para pemimpin perusahaan global, lembaga multilateral, dan tokoh dunia di bidang keberlanjutan.

Dalam sambutannya, Menteri AHY menekankan bahwa isu keberlanjutan tidak lagi dapat dipandang sebagai beban atau kewajiban tambahan bagi dunia usaha. Sebaliknya, keberlanjutan harus ditempatkan sebagai fondasi utama pertumbuhan jangka panjang Indonesia.

“Keberlanjutan bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi juga tentang bagaimana kita tumbuh, bagaimana ekonomi kita bisa lebih cepat, lebih efisien, dan lebih bersih sekaligus. Ekonomi yang berkelanjutan adalah ekonomi yang mendorong kemajuan tanpa menguras sumber daya yang menopangnya. Dalam hal ini, keberlanjutan adalah panggilan moral sekaligus strategi ekonomi,” jelas AHY.

Dengan mengusung tema “Investing for a Resilient, Sustainable, and Prosperous World”, ISF 2025 tidak hanya sebuah forum global, tetapi juga aksi nyata untuk mendorong ekonomi hijau, ekonomi biru dan ekonomi sirkuler. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan, Pemerintah Indonesia saat ini juga fokus pada proyek Waste to Energy, program yang akan segera diluncurkan di 10 kota pada tahap awal. Proyek ini mengundang banyak investor hingga 192 perusahaan.

“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mencapai hampir 3.700 gigawatt, terdiri dari energi surya 3.294 GW, angin 155 GW, air 95 GW, pasang surut 63 GW, bioenergi 57 GW, dan panas bumi 23 GW. Namun, pemanfaatannya saat ini masih di bawah satu persen atau sekitar 15,2 GW. Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang sangat menarik bagi para investor global yang memiliki teknologi dan kapasitas pendanaan untuk mengembangkan proyek energi hijau berskala besar,” ujar Rosan.

Sementara itu, Anindya Novyan Bakrie dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara dunia usaha dan pemerintah dalam mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berdaya saing.

“Untuk mencapai Net Zero Indonesia memiliki peluang investasi senilai 3,8 triliun dolar AS — sekitar 4% dari total PDB kumulatif nasional 2025–2050. Kesempatan sebesar ini tidak boleh kita lewatkan. Sektor swasta Indonesia harus menjadi garda terdepan dalam empat hal penting: mempercepat transisi iklim melalui inovasi dan investasi, menggerakkan pembiayaan hijau, memanfaatkan potensi besar pasar karbon nasional, serta membangun keterampilan dan talenta untuk industri masa depan. Ini bukan sekadar visi, tapi peta jalan nyata menuju ekonomi hijau Indonesia. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita mengeksekusinya secara konkret dan kolaboratif,” kata Anin, sapaan akrab Anindya.

Rangkaian ISF 2025 meliputi plenary sessions, thematic discussions, high-level dialogues, serta exhibition dan science corner yang menampilkan inovasi riset berkelanjutan dari universitas terkemuka Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Salah satu sesi unggulan, High-Level CEO Dialogue, difasilitasi oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dan diikuti oleh lebih dari 30 CEO global dari berbagai sektor industri, energi, dan keuangan. (*)