Andreas Hugo Pareira: Prestasi Prestasi Olahraga Indonesia di Tingkat Dunia, Negara Perlu Grand Design

- Editor

Minggu, 8 Agustus 2021 - 19:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, KANALINDONESIA.COM – Olimpiade 2020 yang mengalami penundaan setahun berakhir hari ini, 8 Agustus 2021. Atlet dari seluruh penjuru dunia mengucapkan selamat tinggal Tokyo dan akan kembali bertemu dalam Olimpiade Paris 2024.

Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira (AHP) mengatakan kita bersyukur bahwa atlet Indonesia telah bertarung mati-matian dan telah mengeluarkan segala kemampuannya untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.

“Kita juga patut bersyukur bahwa atlet-atlet Indonesia mampu bertanding dalam situasi pandemi yang tentu menjadi tantangan tersendiri,” kata politisi PDI Perjuangan asal Flores-NTT ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut dia, pertama untuk berdisiplin menjaga kesehatan tidak tertular oleh Covid-19. Yang kedua, mampu bertanding dan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dan yang paling spektakuler adalah kita sebagai bangsa bangga menyaksikan semangat juang yang luar biasa dari dua srikandi bulutangkis Indonesia Gresya Polii dan Aprilia Rahayu yang meraih medali emas.

Kita pun patut berbangga pada prestasi atlet belia angkat besi Windy Cantika yang membuka peraihan medali untuk Indonesia dengan medali perunggunya. Juga tentu kita ucapkan terimakasih kepada semua atlet yang telah menyumbangkan medali untuk Indonesia.

Menyimak prestasi Indonesia, harus diakui dari segi perolehan medali kita tidak memperoleh kemajuan. Bahkan dari segi peringkat raihan medali, kita justru merosot dari peringkat 46 ke peringkat 54. Alias, keluar dari 50 besar. Kalau ditelusuri prestasi kita di Olimpiade dari tahun ke tahun pun, kembali harus diakui sejak pertama kali meraih medali perak pada Olimpiade Seoul tahun 1988, prestasi emas kita di ajang pesta olahraga dunia empat tahunan itu baru terdongkrak ketika bulutangkis menjadi cabor yang dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Sejak itu hanya bulutangkis yang berhasil menyumbang emas

Baca Juga :  DPR Tetapkan Keanggotaan Pansus RUU Paten

Di Olimpiade ini rata-rata 1 emas dengan puncaknya pada 1992 dengan 2 emas. Dari segi cabor, sejak keikutsertaan kita di Olimpiade hanya baru 3 cabor yang menyumbang medali, bulutangkis (8 emas, 7 perak, 6 perunggu), Angkat Besi (7 perak, 8 perunggu) dan Panahan (1 perak). Cabor selebihnya masih hanya sebatas sebagai partisipan dari Olimpiade ke Olimpiade. Sementara kita selalu bangga sebagai bangsa besar dengan jumlah penduduk nomor 4 terbanyak di dunia, namun dalam hal prestasi olahraga, harus diakui kita masih jauh tertinggal dari banyak negara-negara lain di dunia.

“Lantas apa artinya? Pertama, kita perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap olahraga prestasi di negara ini, kalau kita ingin berprestasi lebih pada tahun-tahun yang akan datang. Kedua, kita sebagai negara harus mempunyai grand design pembinaan olahraga prestasi yang terstruktur. Dan, negara harus terlibat sejak rekrutmen, pembinaan dan penyelenggaraan kompetisi,” kata pria yang akrab disapa AHP ini.

Baca Juga :  Dok, DPR RI Sahkan UU Desa, Jabatan Kades Jadi 8 Tahun

Karena jujur saja, selama ini negara tidak banyak berbuat untuk olahraga. Kita baru bangga dan mengelu-elukan ketika ketika ada atlet berprestasi. Hadiah untuk atlet pun mengalir. Sementara dalam proses dari rekrutmen sampai dengan prestasi kehadiran negara minim. Ketiga, sebagaimana yang telah digembar-gemborkan oleh Menpora, negara harus membuat dan secara konsisten melaksanakan sebuah “grand design” olahraga prestasi untuk Indonesia. Dan dalam grand design tersebut harus ada pilihan berdasarkan latar belakang prestasi, cabor-cabor mana yang akan menjadi unggulan untuk target prestasi dunia, yakni Olimpiade.

Pemilihan cabor-cabor ini harus didasari oleh metode sport scientific sehingga dalam rekrutmen, pembinaan, kompetisi sampai dengan event-event pertandingan pun terukur dan bisa dievalusi secara ilmiah. Bukan hanya berdasarkan selera dari para penguasa olahraga. Hanya, dengan pendekatan ilmiah, dunia olahraga kita baru akan terdongkrak maju dalam prestasi internasional, prestasi Olimpiade.

“Belajarlah dari negara-negara yang prestasi olahraganya menjulang. Kitap un bisa, kalau kita mau. Salam olahraga. Indonesia Bisa!,” tandasnya.

Berita Terkait

DPR Tetapkan Keanggotaan Pansus RUU Paten
Tim Prabowo-Gibran: Dalil Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Salah Kamar
Dok, DPR RI Sahkan UU Desa, Jabatan Kades Jadi 8 Tahun
MKMK Jatuhkan Sanksi Tertulis Pelanggaran Etik Hakim Konstitusi Anwar Usman
Dua Hakim Agung Diperiksa KPK sebagai Saksi Terkait Kasasi Kasus KM 50
Hadapi Gugatan AMIN dan Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran Ajukan Diri sebagai Pihak Terkait
Jelang Sidang PHPU Presiden, Personel Kepolisian Siaga di Gedung MK
KPK Penjarakan Mantan Hakim Yustisial MA dan Staf Hakim Agung di Lapas Sukamiskin

Berita Terkait

Jumat, 29 Maret 2024 - 11:28 WIB

DPR Tetapkan Keanggotaan Pansus RUU Paten

Jumat, 29 Maret 2024 - 02:35 WIB

Tim Prabowo-Gibran: Dalil Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Salah Kamar

Kamis, 28 Maret 2024 - 16:38 WIB

Dok, DPR RI Sahkan UU Desa, Jabatan Kades Jadi 8 Tahun

Kamis, 28 Maret 2024 - 16:13 WIB

MKMK Jatuhkan Sanksi Tertulis Pelanggaran Etik Hakim Konstitusi Anwar Usman

Rabu, 27 Maret 2024 - 05:21 WIB

Dua Hakim Agung Diperiksa KPK sebagai Saksi Terkait Kasasi Kasus KM 50

Selasa, 26 Maret 2024 - 15:15 WIB

Hadapi Gugatan AMIN dan Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran Ajukan Diri sebagai Pihak Terkait

Senin, 25 Maret 2024 - 20:07 WIB

Jelang Sidang PHPU Presiden, Personel Kepolisian Siaga di Gedung MK

Minggu, 24 Maret 2024 - 17:58 WIB

KPK Penjarakan Mantan Hakim Yustisial MA dan Staf Hakim Agung di Lapas Sukamiskin

KANAL TERKINI

KANAL GADGET

Hp Infinix Note 30 Pro Beserta Spesifikasinya

Jumat, 29 Mar 2024 - 18:28 WIB

KANAL TRAVEL

Pantauan Libur Panjang Wafat Isa Al Masih, di Daop 7 Madiun

Jumat, 29 Mar 2024 - 18:14 WIB