TIDORE KEPULAUAN, KANALINDONESIA.COM: Kampung Talaga yang berada di Kaldera Gunung Tidore ini, penduduknya rata-rata berprofesi sebagai petani, hal ini dibuktikan dengan beragam sayuran yang melimpah ditanami di daerah tersebut. Sayuran yang ditanami berupa, sayur lilin, cabe, labu siam dan sayur lainnya.
Kampung Talaga, wilayah administrasinya masuk dalam Kelurahan Rum Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Untuk sampai ke Kampung Talaga, ada dua jalur, jalur Kelurahan Rum dan jalur Kelurahan Mafututu Kecamatan Tidore Timur. Perjanalan memakan waktu kurang lebih 2 jam bisa lebih, diperkirakan jarak 3 kilo meter lebih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu warga Talaga Muhammad Baba saat dikonfirmasi mengatakan, saya juga ikut memanen sayur lilin di Talaga (terlihat pada video), namun kebun dan sayur lilin yang dipanen itu milik saudara saya Onya Baba dan Suaminya.
Menurut Petani Pemilik Kebun Sayur Lilin Onya Baba, saat ditemui media ini di rumahnya Kelurahan Rum Balibunga, Rabu (7/9/2022) mengungkapkan, luas kebun kami sekitar 1 hektar lebih, ditanami berbagai tanaman sayuran dan tanaman tahunan.
“Rata-rata orang yang ada di Talaga itu, mata pencahariannya petani, dan tanaman yang banyak ditanam adalah sayuran dan tanaman tahunan seperti pala, cengkeh dan durian,” ungkapnya.
“Tanaman sayuran seperti sayur lilin, sawi, cabe dan labu siam, biasanya 1 minggu 2 kali kami panen, panen di hari Rabu dan hari Sabtu, karena hari Kamis dan Hari Minggu adalah hari pasar. Dipanen hari ini untuk dijual besok harinya,” terangnya.
Ia mengatakan, sayur lilin dibandrol dengan harga Rp.4.000 sampai Rp.5.000, kalau naik harganya bisa Rp.10.000 per ikat. Kebanyakan dijual di Pasar Rum atau biasanya ada pembeli yang datang ambil di rumah untuk di jual ke Ternate.
Lanjutnya, untuk sayur lilin, banyak sekali di tanam di daerah Talaga ini, namun saat panen kami hanya mengambil sesuai kemampuan, kemampuan disini adalah kemampuan buruh untuk angkut. Sayur lilin banyak sekali disini, namun para petani disini perlu pertimbangkan jumlah sayur yang dipanen.
“Kalau panen banyak, melebihi dari jumlah buruh yang angkut, trus sisanya bagaimana,” ujarnya.
“Untuk itu kita panen sesuai jumlah buruh, buruh sekali angkut dari kebun sampai ke rumah, biaya per orang/buruh Rp.150.000, jumlah buruh yang angkut tergantung, ada 3 atau 4 orang bahkan lebih,” jelasnya.
Menurut Onya dan suaminya, bahwa jarak dan kondisi geografisnya sehingga biaya buruh terkadang merogoh kocek, namun mereka tetap bersyukur karena diberkahi rejeki dan rejeki itu bagusnya berbagi.
“Ada dua jalur menuju Kampung Talaga khususnya di kebun kami, namun kami lebih memilih jalaur perjalanan ke kebun kami dari jalur Rum, karena menurut kami dekat, sekitar 1 kilo meter lebih saja, dari Rum ke kebun kami,” tutupnya. (Iswan_KanalIndonesia.com).