
PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Menjelang pukul lima sore, Selasa Pon(10/08/2021) bertepatan dengan 1 Muharam 1443 Hijriah atau 1 Suro 1955 Saka, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko yang didampingi Wakil Bupati Lisdyarita melakukan jamasan terhadap tiga pusaka Kabupaten Ponorogo yaitu Tombak Tunggul Nogo, Sabuk Angkin Chinde Puspito, dan Payung Songsong Tunggul Wulung.
Satu demi satu, pusaka-pusaka yang berjasa dalam berdirinya Ponorogo disiram dengan air kembang tujuh rupa. Ketiganya dibersihkan dan dipelihara kelestariannya sebagai pengingat perjuangan Eyang Batoro Katong, yang merupakan pendiri Ponorogo.
Matahari yang beranjak tenggelam pun menjadi saksi pelaksanaan jamasan tiga pusaka Kabupaten Ponorogo tersebut. Ritual ini tak semata memandikan benda pusaka, akan tetapi lebih dari itu, jamasan menjadi simbolisasi pembersihan hati dan penjagaan iman kepada Sang Mahakuasa.
“Jamasan ini simbolisasi pembersihan hati dan penjagaan iman kita,” ungkap Bupati Sugiri usai melaksanakan jamas pusaka di depan Pringgitan (Rumah Dinas Bupati Ponorogo).
Dikatakannya, sebenarnya membersihkan pusaka tidak harus dilakukan pada 1 Suro. Setiap saat pun bisa. Akan tetapi, pilihan jamasan pada 1 Suro adalah sebuah upaya untuk menghormati leluhur Ponorogo yang telah membangun wilayah ini. Jamasan juga merupakan upaya untuk menghargai kebudayaan yang ada di tanah Ponorogo.
“Ini adalah benda pusaka warisan leluhur kita sehingga harus diuri-uri (dilestarikan) oleh setiap pemimpin di Ponorogo ini. Dan saya meneruskan itu,” ungkap Bupati Sugiri.
Lebih lanjut dituturkan Kang Giri, “mudah-mudahan dengan dijamasinya pusaka ini maka Ponorogo akan bersih dari segala sengkala (musibah), segala coba (cobaan), segala bebendu (kendala) dan segala pageblug (wabah). Semua itu sirna dari bumi Ponorogo. Itu harapan kita bersama,” ulas Bupati Sugiri.
Jamasan pusaka kali ini dilaksanakan secara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ritual hanya dilakukan oleh sembilan orang pasukan pembawa pusaka dari Paguyuban Kawula Kraton Surakarta (Pakasa) Gebang Tinatar Pang Ponorogo dan dihadiri oleh beberapa pejabat Pemkab Ponorogo saja.
Menurut Pangarsa (Ketua) Pakasa Pang Ponorogo KRA Gendhut Wreksadiningrat, jamasan kali ini memang dilaksanakan dengan protokol kesehatan karena masih dalam situasi pandemi dan diberlakukan PPKM Level 4.
“Jamasan ini bermakna kita ini harus membersihkan diri kita, hati kita, di tahun yang baru ini untuk mendapatkan nilai luhur di hadapan Yang Maha Esa, Allah Subhanahuwata’ala,” pungkasnya