Menu

Mode Gelap
Kambing Guling Khas Timur Tengah Ala MaxOne Hotel Dharmahusada Jadi Menu Favorit Kaum Milenial Saat Bukber 5 Pelaku Curanmor Diringkus Anggota Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Selama Sepuluh Hari Kejari Surabaya dan JPN Terima Penghargaan dari Unair Masjid Al Jabbar Polsek Tegalsari Diresmikan, Kapolda Jatim: wujud pembangunan mentalitas dan moralitas yang baik Polda Jatim Musnahkan Narkoba dan Miras Jelang Ramadhan

Kanal Jakarta · 9 Mar 2023 18:30 WIB

Proporsional Tertutup Bermodalkan Kaderisasi, Dedikasi, dan Kompetensi; Proporsional Terbuka Modal Popularitas dan Kekayaan


 Proporsional Tertutup Bermodalkan Kaderisasi, Dedikasi, dan Kompetensi; Proporsional Terbuka Modal Popularitas dan Kekayaan Perbesar

JAKARTA, KANALINDONESIA.COM: PDI Perjuangan memberikan apresiasi kepada Prof Yusril Ihza Mahendra yang telah menyampaikan pemikiran kenegarawanan berdasarkan amanat ideologi Pancasila dan UUD 1945.

“Pemikiran ahli hukum tata negara dan sekaligus Ketua Umum PBB tersebut sangat mencerahkan, dan menampilkan kepakaran beliau yang dipandu sikap kenegarawanan tentang bagaimana sistem Pemilu tertutup berkorelasi dengan pelembagaan Partai dan menegaskan bahwa peserta pemilu legislatif adalah parpol, bukan orang per orang,” ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto pada keterangan resminya. Kamis, (09/3/2023).

Dengan sikap Prof Yusril tersebut, maka makin jelas bagaimana PDIPerjuangan dan PBB hadir sebagai partai ideologi.

“Kami menempuh jalan ideologi, sementara yang lain jalan liberalisme. Jalan ideologi meski sering terjal, namun kokoh pada prinsip. Sebab menjadi anggota legislatif itu dituntut untuk menyelesaikan masalah rakyat saat ini, dan merancang masa depan Indonesia melalui keputusan politik. Dalam peran strategis tersebut, maka caleg harus dipersiapkan melalui kaderisasi kepemimpinan,” sambungnya.

Secara mudah, proporsional tertutup, caleg bermodalkan keahlian, dedikasi, dan kompetensi melalui kaderisasi; sementara kalau proporsional terbuka, modalnya popularitas dan kakayaan.

“Secara empiris, proporsional terbuka mendorong bajak-membajak kader ala transfer pemain dalam sepakbola; kecenderungan kaum kaya dan artis masuk ke politik; primordialisme; dan ada partai karena ambisinya, lalu ambil jalan pintas merekrut isteri, anak, atau adik pejabat dan menguatlah nepotisme.

“Logikanya, pejabat akan mengerahkan kekuasaannya untuk caleg dari unsur keluarganya. Di tata pemerintahan, menteri yang memegang sumber logistik dan kekuasaan hukum akan menjadi rebutan. Ini praktik demokrasi elektoral,” bebernya.

Dalam Proporsional terbuka, caleg lahir secara instan, akibatnya kepuasan terhadap parpol dan lembaga legislatif selalu berada di urutan paling bawah dari lembaga negara lainnya. Mengapa? Sebab pragmatisme politik merajalela.

Karena menjadi anggota legislatif harus bermodalkan kapital atau dukungan investor politik, maka skala prioritas adalah menggunakan kekuasaan untuk mengembalikan modal politik, dan kemudian mencari modal dalam pencalonan ke depan.

“Dalam proses ini terjadi penyatuan fungsi antara politik, bisnis, dan hukum. Semua demi agenda pencitraan, dan kebijakan populisme yang menyandera fiskal di masa depan,” tutup Hasto. (ari)

 

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Jumlah Pemudik Diprediksi Meningkat, Pemerintah Tambah Cuti Bersama

25 Maret 2023 - 12:27 WIB

Pemerintah Jaga Ketersediaan dan Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Lebaran

24 Maret 2023 - 21:15 WIB

Presiden Jokowi Terima Ketua Umum PBNU

24 Maret 2023 - 21:12 WIB

Temui Presiden Jokowi, Dubes Palestina Apresiasi Dukungan Tak Henti Indonesia

24 Maret 2023 - 21:09 WIB

Bertemu Presiden Jokowi, Puan Bahas Soal Legislasi Hingga Persiapan Pemilu 2024

24 Maret 2023 - 16:08 WIB

Mahkamah Agung RI Tolak Kasasi Gugatan Hak Cipta Tabungan Emas Pegadaian

24 Maret 2023 - 15:51 WIB

Trending di Kanal Nasional