Menu

Mode Gelap
Kambing Guling Khas Timur Tengah Ala MaxOne Hotel Dharmahusada Jadi Menu Favorit Kaum Milenial Saat Bukber 5 Pelaku Curanmor Diringkus Anggota Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Selama Sepuluh Hari Kejari Surabaya dan JPN Terima Penghargaan dari Unair Masjid Al Jabbar Polsek Tegalsari Diresmikan, Kapolda Jatim: wujud pembangunan mentalitas dan moralitas yang baik Polda Jatim Musnahkan Narkoba dan Miras Jelang Ramadhan

Kanal Opini · 15 Okt 2022 20:45 WIB

Santri untuk Negeri


 Santri untuk Negeri Perbesar

Oleh: FAUZA NI’AMATUL MUBAROKAH
Penulis adalah Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

PERAN santri untuk bangsa dan negara diusung dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini. Tema “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan” memiliki makna yang dalam di mana keberadaan santri yang dicatat dalam sejarah dan ada di setiap fase perjalanan Indonesia. Selain itu juga mengandung makna, santri merupakan pribadi yang akan selalu siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara. Hadratu Syekh KH Hasyim Asy’ari mencetuskan resolusi jihad pada 1945 yang juga menjadi alasan pemilihan tanggal 22 Oktober sebagai peringatan Hari Santri Nasional.

Resolusi jihad ini merupakan hasil penghayatan dan juga bentuk perenungan adanya nilai-nilai islam kebangsaan. Juga merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajah yang selalu mengusik ketenangan negara pada saat itu. Resolusi jihad pada saat itu mengacu bagaimana perjuangan ulama dan santri yang ikut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, dan pada zaman sekarang ini hal tersebut akan selalu dikenang bahkan di implementasikan oleh kaum muda untuk senantiasa siap sedia dalam menjaga bangsa dan negara. Karena seperti kutipan bapak proklamator negeri ini Bung Karno “Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” begitu berpengaruh adanya kaum muda, dalam hal ini santri juga termasuk elemen penting penjaga bangsa dan negara.

Peran santri bisa di implementasikan dengan mengamalkan nilai-nilai agama yang moderat dan juga mengajarkan ilmu-ilmunya di tengah masyarakat. Dalam bidang ilmu pengetahuan santri juga harus tetap mengembangkan wawasan pengetahuan di samping ilmu agama yang pastinya tidak bisa lepas dari sosok santri. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki serta wawasan kebangsaan, santri akan mampu berkontribusi membangun bangsa dan negara semakin kokoh. Karena dalam menghadapi tantangan zaman sekaligus adanya persaingan yang terjadi di era revolusi industri 4.0, hal ini menjadikan harus ada keseimbangan yang ada antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Jika dua-duanya bisa berjalan kenapa hanya memilih satu.

Sejak ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 seluruh elemen masyarakat ikut merayakan hari santri. Bahkan banyak perayaan yang dilaksanakan sebelum tanggal 22 Oktober sebagai wujud kegembiraan menyongsong Hari Santri Nasional mulai dari tataran atas seperti Kementerian Agama hingga tataran Pemerintah Desa mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sukacita menyambut peringatan Hari Santri Nasional. Upacara bendera menjadi salah satu rangkaian wajib saat hari santri, selain itu banyak juga peringatan lain yang disesuaikan oleh masing-masing daerah yang memperingati. Hal ini membuktikan bahwa peringatan Hari Santri Nasional tidak hanya di rayakan oleh santri, namun juga mengajak semua orang untuk merayakan.

Ponorogo menjadi salah satu kabupaten yang ikut meramaikan peringatan Hari Santri Nasional. Peringatan yang ada menyongsong HSN salah satunya dengan serentak menggunakan sarung. Mempopulerkan adanya sarung sebagai benda yang identik dengan santri menjadi salah satu alasannya. Lewat hal ini di harapkan agar sarung dapat menjadi pakaian yang melekat pada kehidupan masyarakat, tidak hanya menjadi pakaian keagamaan tapi juga bisa dipakai saat melakukan aktivitas lain. Bahkan sampai jajaran pemerintah juga diwajibkan bersarung menyongsong Hari Santri Nasional. Sarung juga memiliki identitas yang turut mempromosikan nilai keislaman yang juga tetap menghargai tradisi yang ada. Penggunaan sarung untuk menyambut hari santri ini juga menjadi simbol spirit kebersamaan dan sebagai sarana mencontoh perjuangan ulama dan juga santri.

Sejatinya esensi Hari Santri Nasional merupakan penghargaan terhadap peran santri masa lalu, sekarang, dan juga mendatang yang menjadi tonggak perjuangan bangsa dan negara, dan juga sebagai sebuah langkah untuk menjadikan generasi negeri yang unggul. Wawasan serta kombinasi ilmu dunia dan ilmu akhirat yang dimiliki santri juga diharapkan mampu menjaga keseimbangan di berbagai lini. Jadi peringatan Hari Santri Nasional merupakan sebuah penghargaan bagi santri yang mampu tetap eksis di dunia ini di balik banyaknya gempuran modernisasi yang bisa membuat generasi muda lalai. Perayaan ini jangan hanya dilakukan sebagai ajang bersenang-senang atau seremonial saja namun juga menjadi motivasi santri untuk tetap bertahan menjaga keutuhan bangsa dan negara, dan pastinya mampu menunjukkan prestasi yang dimiliki seorang santri.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Membangun dan Memajukan Indonesia Raya dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya

25 Maret 2023 - 08:51 WIB

Archipelago International Berbagi Pengetahuan di Aston Inn Jemursari

19 Maret 2023 - 08:57 WIB

Sikapi Prihal Tunggakan Pajak Kendaraan Dinas, Forum N G O Madura Laporan Ke Kejari Pamekasan

18 Maret 2023 - 16:59 WIB

914 Unit Kendaraan Dinas Nunggak Pajak, Wabup Pamekasan Nyatakan Keterlambatan Hanya Menyangkut Hal Tehnis Saja

18 Maret 2023 - 15:46 WIB

Peringati Hari TBC Sedunia, Dinkes Pamekasan Gelar Kampaye Akhiri TBC Indonesia Bisa

18 Maret 2023 - 11:41 WIB

Optimized Nutrigenomic  Diet bagi Penderita Stunting

17 Maret 2023 - 10:30 WIB

Trending di Kanal Health