JAKARTA, KANALINDONESIA.COM: Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan, percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) bukan suatu pilihan, melainkan sebuah keharusan di tengah upaya menekan nol emisi karbon dan mewujudkan bumi yang lebih sehat.
“Energi baru terbarukan (EBT) menurut saya bukan suatu pilihan. Bahwa ini sudah tidak ada pilihannya. Kita pilihannya hanya itu,” ujar Dadan Kusdiana dalam seminar bertajuk “Kemerdekaan Energi di Tengah Krisis Global” diselenggarakan Indopos, di Aston Kartika Grogol, Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Menurutnya, energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam digunakan untuk mempercepat net zero emission (nol emisi karbon). “Angkanya ini di tahun 2060, kalau bisa lebih cepat dengan dukungan dari internasional,” kata Dadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Meski demikian, pemerintah tetap mendorong produksi migas, tetapi pemanfaatannya bergeser menjadi ke arah sebagai bahan baku material,” imbuhnya
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto menilai bahan bakar fosil dianggap masalah serius karena menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di bumi.
Untuk itu, Indonesia harus segera masuk ke EBT karena memiliki potensi cukup besar. penguasaan teknologi. “Fosil yang terdiri dari minyak, gas, dan batu bara keberadaanya sangat terbatas,” tutur Sugeng.
Data Kementerian ESDM mencatat pada 2021 cadangan minyak Indonesia sebesar 3,95 miliar barel. Perinciannya, 2,25 miliar cadangan terbukti dan 1,7 miliar cadangan potensial. “Cadangan seperti ini tinggal 10 tahun saja,” ujar Sugeng.
Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos (Indopos) Syarif Hidayatullah memaparkan pembakaran batu bara melepaskan sulfur dalam bentuk gas belerang dioksidan (SO2) dan menghasilkan partikel karbon hitam dalam jumlah banyak. Itu sebabnya batu bara bahan bakar paling kotor. Pembakaran batu bara selama 1 abad terakhir telah menyebabkan bumi menjadi lebih panas. Kondisi tersebut membuat perubahan iklim dan terjadi pemanasan global.
“Semoga diskusi publik ini memunculkan ide dan terobosan berguna bagi para stakeholder energi nasional,” pungkasnya. @Rudpur