INTERNASIONAL, KANALINDONESIA.COM: Ukraina, Jerman dan Amerika Serikat pada hari Kamis menolak deklarasi genjatan senjata Rusia atas Natal Ortodoks.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis memerintahkan gencatan senjata sementara di Ukraina pada Natal Ortodoks, yang dirayakan minggu ini oleh kedua negara, menurut Kremlin.
“Simpan kemunafikan pada diri anda sendiri,” tulis penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak di Twitter sebagai reaksi atas pengumuman Kremlin, dilansir dari laman Alarabiya.net, Sabtu (7/1/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini adalah gerakan propaganda yang lengkap dan tidak lebih,” kata Podolyak dalam pernyataan terpisah.
“Rusia berusaha mencari cara untuk menurunkan intensitas pertempuran dan intensitas serangan di pusat logistiknya” untuk memperkuat dan menyusun kembali, tambahnya.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa perintah Putin untuk genjatan senjata Natal Ortodoks selama dua hari di Ukraina hanyalah upaya untuk menemukan ruang bernapas untuk upaya perangnya.
“Dia siap mengebom rumah sakit, pembibitan, dan gereja pada 25 Desember dan pada Hari Tahun Baru. Saya pikir dia mencoba mencari oksigen,” kata Biden
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengecam genjatan senjata yang diperintahkan oleh Putin dan mengatakan jika pemimpin Rusia benar-benar menginginkan perdamaian dia akan membawa pulang tentaranya.
“Apa yang disebut genjatan senjata tidak membawa kebebasan atau keamanan bagi orang-orang yang hidup dalam ketakutan sehari-hari di bawah pendudukan Rusia,” tulis Baerbock di Twitter. (Iswan_KanalIndonesia.com).