Prodi Sasing Untag Surabaya Laksanakan Matching Fund 2021 di Desa Plunturan Ponorogo

Prodi Sasing Untag Surabaya Laksanakan Matching Fund 2021 di Desa Plunturan Ponorogo
Pelaksanaan program Matching Fund 2021 oleh Prodi Sasing Untag Surabaya di Desa Plunturan Ponorogo, (foto: istimewa)

SURABAYA, KANALINDONESIA.COM: Program Studi Sastra Inggris atau dikenal Prodi Sasing melaksanakan program Matching Fund 2021 di Desa Plunturan Ponorogo Jawa Timur, Jumat (15/10/2021).

Diketahui, bahwa program Matching Fund ini diluncurkan Kemendikbud melalui Ditjen Dikti dan dikelola oleh Kedaireka merupakan salah satu implementasi dari 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi.

Dr. YB Agung Prasaja selaku ketua pelaksana program Matching Fund 2021 menjelaskan dari ribuan proposal yang diajukan oleh perguruan tinggi, baik PTN dan PTS ini, ada dua proposal Matching Fund Untag Surabaya lolos pendanaan.

“Salah satunya merupakan proposal Matching Fund 2021 yang diajukan oleh Program Studi (Prodi) Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Untag Surabaya,” ujar Agung kepada wartawan di Untag Surabaya, (15/10).

Kemudian, Lanjut Agung pihaknya memilih Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo untuk menjadi tempat pelaksanaan program Matching Fund 2021.

“Desa Plunturan ini memiliki potensi budaya, namun tidak dapat mengoptimalkan potensi budaya untuk kesejahteraan masyarakat mengenai permasalahan desa,” imbuhnya.

Menurut Agung, Untag Surabaya sudah menjalin kerjasama dengan Desa Plunturan untuk membentuk desa wisata sejak tahun 2019 silam. Namun, di massa pandemi Covid-19 menbuat kegiatan pendampingan kurang maksimal.

Ketika dengan adanya Matching Fund 2021 Prodi Sasing ini mengusung tema “Pelatihan dan Pendampingan Masyarakat Dalam Upaya Membentuk Desa Wisata Budaya di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo”.

Sudah hampir 17 topik dalam kegiatan dilaksanakan sejak September lalu. Mulai dari pelatihan untuk kelompok sadar wisata, implementasi Sapta Pesona Wisata, pelatihan penyusunan proposal anggaran kegiatan, pelatihan story telling hingga pelatihan hospitality dengan mengembangkan rumah-rumah penduduk sebagai homestay.

“Ada sekitar 19 dosen dan 45 mahasiswa Prodi Sasing yang dilibatkan dalam pelaksanaan berbagai program ini. Program unggulan yang kami miliki merupakan pelatihan bahasa Inggris bagi warga desa dengan konsep learning by doing dimana proses pembelajaran dilakukan di outdoor,” papar Agung.

Sementara itu program unggulan lainnya yakni Digitalisasi Budaya. Prodi Sasing menyumbangkan berbagai sarana digitalisasi yang memadai untuk warga desa seperti pembuatan website, penyediaan komputer, kamera dan membantu masuknya jaringan internet ke desa.

“Kegiatan ini ditujukan untuk menguatkan dan mempromosikan lebih cepat,” kata Agung.

Dengan berbagai program yang ada, lanjut Agung, mendapat respon yang cukup baik dari warga desa.

“Sambutan dari masyarakat cukup antusias. Bahkan ada kegiatan rembug budaya dengan pelaku budaya wisata disana tiap Sabtu malam,” ungkapnya.

Hal ini, menurutnya, memberikan proses pembelajaran yang cukup efektif untuk warga desa.

“Sejak pembelajaran pertama, kami melihat semakin meningkat antusiasme warga dengan makin banyak partisipan. Ini menjadi inovasi metode pembelajaran yang efektif,” imbuhnya.

Lebih lanjut Agung berharap tujuan program Matching Fund 2021 bisa tercapai dengan baik dan mampu meneruskan program hingga desa Plunturan benar-benar siap menjadi desa wisata. Ady