SIDOARJO,KANALINDONESIA.COM : Budayawan asal Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Gus Zein, kemarin, Selasa (24/12) menyempatkan diri ziarah di makam juru kunci gunung merapi, Mbah Maridjan, di Dusun Sidorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkriman, Kabupaten Sleman, Jogjakarta.

Bagi Gus Zein, Mbah Maridjan adalah sosok juru kunci yang patut diteladani, banyak hal yang bisa di petik dari kuncen fenomenal itu. dedikasi dan profesionalisme dalam mengemban amanah dari Sri Sultan Hamengkubuwono XI dapat di tiru. Sebagai penjaga gunung Merapi dan alam sekitarnya warisan dari orang tuanya. Rabu (25/12/2024)

“Dari berapa ratus juta warga negara Indonesia, mungkin hanya ada, tak lebih dari 10 orang. Karena apa ? Saya melihat bahwa Mbah Maridjan adalah juru kunci yang menggunakan kekuatan batin untuk dapat membaca situasi alam yang ada, nah, lantas ilmu apa yang di terapkan mbah Maridjan, bisa berkomunikasi dengan alam ? Hingga saat ini, informasi tersebut masih misteri?,” kata Zein, sambil menabur bunga di area makam.

Lantas siapa Mbah Maridjan itu ? Sosok rakyat dari kalangan bawah yang diberi gelar Mas Penewu Suraksohargo oleh Sri Sultan Hamengkubuwono XI, tentunya dari perspektif sekelas raja Jogjakarta, Mbah Maridjan adalah bukan orang sembarangan, meski Dia (Mbah Maridjan) dari kasta paling bawah di negeri ini, namun di mata Sri Sultan Hamengkubuwono dia punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang pada umumnya.

“Sebagai juru kunci, Mbah Marijan melihat fenomena alam dengan menggunakan kacamata naluriah yang merujuk pada kebiasaan Niteni (mengamati). Ilmu ini yang tidak dimiliki oleh orang pada umumnya,” lanjutnya.

Tanggungjawab, dedikasi dan profesionalisme inilah yang menyentuh hati kita, sebagai budayawan. Kami akan sampaikan kebiasaan Mbah Maridjan ini kepada khalayak sebagai edukasi yang dapat di ambil hikmahnya.

“Sosok rendah hati, yang mempunyai kekuatan menyatu dengan dengan alam,” pungkasnya. (Irwan_kanalindonesia.com)