Masjid Agung Ponorogo, Karya Bupati Cokronegoro Jaman Belanda
PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Meski sering digunakan dan dibanggakan tak banyak yang tahu sejarah Masjid Agung Kabupaten Ponorogo ini. Mumpung Ramadhan silahkan kunjungi. Sebagai bekal, kanalindonesia akan mengulas lengkap asal usul masjid ini.
Masjid Agung Ponorogo didirikan pada tahun 1858 oleh Bupati Ponorogo Raden Mas Aryo Cokronegoro. Tiangnya berjumlah 16 dan dikerjakan tukang kayu dari kerajaan solo. Kayu jati diambil hutan di Kecamatan Sooko dan Ngebel.
Cokronegoro menerapkan ritual khusus selama pembangunan masjid. Semua pekerja harus bersuci ketika melakukan Pembangunan masjid. Masjid ini memiliki ciri khas masjid kuno pada umumnya, deretan pohon sawo tumbuh menambah asri halaman masjid. Kubah berjumlah sembilan melambangkan wali songo, penyebar islam di tanah Jawa.
Sebelumnya mushola kecil sudah ada di masjid yang terletak di barat alun-alun Ponorogo ini. Mushola ini menjadi tempat bersembunyi Kyai Abdul Rahman. Kyai Abdul Rahman adalah Ulama yang melawan Belanda dan ketika dikejar bersembunyi di mushola tersebut.
Masjid Agung Ponorogo atau masjid Cokronegoro merupakan satu dari 6 masjid kuno di Ponorogo. Selain Masjid Cokronegoro terdapat masjid kuno lain yaitu, Masjid Kauman kota Lama (1560); Masjid Donopuro (1600); Masjid Tegalsari (1742); Masjid Imam Puro (1778); Masjid Ishaq Coper (tak diketahui, sekitar abad 17).
Cokronegoro adalah Bupati Ponorogo pada jaman Belanda, memerintah selama 26 tahun 1856-1882 M. Beliau putra Tokoh agama Kyai Khasan Besari dan terkenal religius. Tak heran, ide membangun masjid Kabupaten Ponorogo menjadi gagasannya. Beliau adalah kakek dari HOS Cokroaminoto, pahlawan Nasional Indonesia. Makamnya sering diziarahi pengunjung dan terletak di belakang Masjid Agung Ponorogo.(Aring_kanalindonesia.com)