PHE WMO Bekerjasama dengan Nelayan Bangkalan, Poles Terumbu Karang Jadi Dinasti Wisata

BANGKALAN, KANALINDONESIA.COM: Berangkat dari sebuah keperihatinan melihat terumbu karang di pesisir Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, terbengkelai dan mengalami kerusakan. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) berinisiatif melakukan bekerjasama dengan nelayan setempat. Serta mencoba memberi polesan atau memperbaiki dan ubah desa itu menjadi dinasti desa wisata.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Payung Kuning Desa Labuhan, Mohammad Sahril mengatakan sejak tahun 2014, PHE WMO melakukan penghijauan mangrove dan pelatihan. Kemudian membentuk Taman Pendidikan Mangrove dengan maksud untuk mengatasi abrasi di lahan mangrove tersebut.
Untuk diketahui, kata Sahril, sebelum program diatas berjalan, 17,5 Ha lahan mangrove rusak parah, dan hanya 0,6 Ha yang kondisinya baik. Saat ini, taman itu telah menjadi area ekowisata yang dapat mendatangkan pengunjung maupun peneliti lokal hingga internasional. Pengelolanya adalah kelompok tani Cemara Sejahtera dari Desa Labuhan.
“Tahun 2017, dikembangkan program Taman Wisata Laut Labuhan fokus pada konservasi dan transplantasi terumbu karang,” terang Sahril, Sabtu, (28/8/2021).
Lebih lanjut dijelaskan, sebelumnya terumbu karang tersebut rusak karena alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. Sekarang dengan adanya pengawasan dari pihak PHEWMO dan nelayan setempat. Penggunaan alat tidak ramah lingkungan nyaris tidak ada lagi.
“Kami turut mengedukasi masyarakat akan pentingnya terumbu karang,” paparnya.
Dijelaskan, sejak 2017 hingga 2021, telah ditanam 877 fragmen karang yang dikelola Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning. Ada dua titik transplantasi terumbu karang, yakni di Pulau Ajaib dengan kedalaman 5 meter dan Taman Wisata Laut Terumbu Karang. Selain berfungsi sebagai rumah ikan, terumbu karang itu juga dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari cumi-cumi. Dilain pihak dengan kembalinya terumbu karang, maka desa tersebut menjadi desa wisata edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sekitar pun bekerja di sana dan ikut mengawasi keamanan terumbu karang.
Tidak hanya disitu, secara panjang lebar Sahril menyampaikan bahwa terumbu karang tersebut. Adalah bagian dari konsep One Belt One Road (OBOR) Pariwisata di Kabupaten Bangkalan yang disodorkan PHE WMO sebagai peta menuju kesejahteraan masyarakat. OBOR Pariwisata adalah bagian dari pelaksanaan tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Khususnya mengembangkan jalur pesisir pantai utara Bangkalan dengan memaksimalkan berbagai potensi desa,” tuturnya.
Ada empat dimensi utama yang ditekankan dalam OBOR Eco Edu Tourism Bangkalan, yakni lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Secara tidak langsung dengan adanya program di Labuhan, muncul beberapa wisata baru sebagai sarana rekreasi. Tahun 2019, PHE WMO melakukan pemetaan di Tlangoh yang saat itu menjadi area pantai dengan tumpukan sampah yang begitu banyak. Kerjasama dilakukan dengan kelompok masyarakat sadar wisata sekitar dan digelar pelatihan untuk penanaman cemara laut juga melibatkan Pemkab. Bangkalan bersama Forum komunikasi CSR.
Selain di Tlangoh, pada tahun 2019, program wisata Sungai Bancaran Kelurahan Bancaran Kecamatan Kota Bangkalan berhasil dikembangkan. Program ini adalah salah satu replikasi program Taman Pendidikan Mangrove yang berhasil merevitalisasi lokasi sebelumnya menjadi tempat pembuangan sampah. Pengembangan eco edufarming juga dilakukan Desa Bandang Daja yang dikelola kelompok tani Sangga Buana. Kedepan PHE WMO berencana akan mengembangkan eco eduwisata di pesisir utara Bangkalan dengan menonjolkan masing-masing potensi desa.
“Diharapkan dengan pengembangan yang dilakukan dapat memicu tumbuhnya wisata-wisata baru maupun jasa pendukung lainnya, yang berangkat dari ide, keresahan, masalah maupun potensi kelompok masyarakat sesuai kebutuhan, dan bukan keinginan semata,” ujar Iwan Ridwan Faizal, Manager Relations Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina.
Untuk menuju ke sana, PHE WMO akan memetakan secara matang fokus masalah dan potensi desa. Termasuk akan menganalisis kebutuhan masyarakat dan berkoordinasi dengan pemerintah desa maupun masyarakat setempat.
“Mereka akan disiapkan pelatihan untuk dapat melaksanakan program,” pungkas Iwan.(Sumaryanto.kanalindonesia.com