Perkuliahan Tatap Muka : Antara Harapan Baru dan Pergeseran Pola Komunikasi

Oleh: Baidawi
Penulias adalah: Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Perkembangan kasus covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia perlahan menunjukkan tren penurunan. Data terbaru tahun 2021 ini menunjukkan sebanyak 4,23 juta dengan indeks meninggal sebesar 143 ribu di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan serbuan vaksinasi di sejumlah daerah dan penerapan budaya memakai masker, mencuci tangan dan selalu menjaga jarak terutama saat beraktivitas di luar rumah. Turunnya angka covid-19 bukan berarti masyarakat secara bebas tidak mentaati protokol kesehatan. kendati telah melaksanakan vaksin. Hanya saja pemerintah melonggarkan aktivitas masyarakat secara perlahan untuk membuka akses perekonomian, pendidikan, pariwisata dan lain-lain guna memulihkan perekonomian masyarakat yang selama ini sempat terhambat. Pelonggaran itupun hanya dibolehkan bagi wilayah yang bebas covid-19 ataupun zona hijau, sehingga betul-betul dipastikan kebijakan tersebut berjalan baik di lapangan. Sementara untuk daerah zona merah dan kuning masih memerlukan pembatasan aktivitas warganya sambil program vaksinasi terus berjalan dengan baik.
Pemberlakukan pelonggaran ini salah satunya berlaku pada sektor pendidikan tinggi di mana sejumlah kampus telah menggelar perkuliahan secara tatap muka dengan catatan mahasiswa dan dosennya telah di vaksin. Selain itu, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya wajib mentaati protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dan selalu menjaga jarak utamanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam hal ini, Satgas Covid universitas mengambil bagian penting dalam mengontrol pemberlakukan perkuliahan tatap muka. Memastikan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus betul-betul mentaati pedoman yang berlaku, sehingga tidak menimbulkan kluster baru. Dukungan dari segenap pihak juga dibutuhkan, sehingga aktivitas akademik berjalan secara lancar kendati sifatnya masih terbatas. Satgas Covid universitas harus sering berkordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait dalam pemberlakukan perkuliahan tatap muka.
Perlu ditekankan, perkuliahan tatap muka saat ini memadukan pembelajaran jarak jauh dan perkuliahan tatap muka secara bersamaan. Dalam artian, mahasiswa tidak diwajibkan seluruhnya mengikuti rangkaian pembelajaran luring (luar jaringan) yang telah ditetapkan di sejumlah perguruan tinggi. Hanya saja bukti berupa sertifikat vaksin dan bagi yang berminat saja yang dapat melaksanakan kuliah tatap muka. Dalam prakteknya, sejumlah upaya tersebut tentunya masih terdapat keterbatasan dalam melaksanakan baik kuliah tatap muka ataupun pembelajaran jarak jauh. Salah satunya persoalan jaringan internet. Keterhubungan dalam satu jaringan menggunakan media berupa zoom meeting, goggle meet atau sejenisnya tidak serta merta berjalan sesuai harapan, terlebih akses internet berada di daerah pelosok yang sulit mengjangkau sinyal. Wajar saja saat aktivitas belajar mengajar berlangsung terjadi hambatan dan hasilnya terkadang tidak optimal. Problematika tersebut sejatinya perlu didukung baik pemerintah, perguruan tinggi ataupun mahasiswa bersangkutan dalam upaya untuk mengikuti perkuliahan daring (dalam jaringan).
Harapan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka ini adalah untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan mempertemukan dosen dan mahasiswa di ruang kelas, setelah sebelumnya hanya bersifat daring (dalam jaringan). Kedua, idealnya suatu pembelajaran di dalam kelas menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung perangkat pembelajaran, sehingga mahasiswa mampu menangkap dan menguasai materi.
Penyelenggara perkuliahan tatap muka juga wajib menyediakan sarana seperti alat cuci tangan, pengecek suhu tubuh di setiap ruangan, dan pembatasan jumlah mahasiswa saat perkuliahan tatap muka berlangsung serta menjaga jarak saat aktivitas akademik berlangsung. Dalam hal ini Satgas Covid-19 universitas memainkan peranan penting dalam menjaga keberlangsungan selama perkuliahan tatap muka. Sukses atau tidaknya perkuliahan tatap muka tergantung komitmen stakeholder terkait dalam mengawal kebijakan pemerintah dengan memperbolehkan kegiatan belajar tatap muka. Dukungan dari segenap pihak yang terlibat di dalamnya baik mahasiswa, dosen, karyawan sangat dibutuhkan untuk memastikan seluruh pedoman betul-betul ditaati dengan baik. Jangan sampai kasus Covid-19 kembali memuncak seperti tahun kemarin akibat mengabaikan protokol kesehatan dan menganggap virus corona sebagai flu biasa. Sejatinya, kondisi pandemic saat ini belum sepenuhnya aman dan virus corona masih ada di sekitar kita.
Perlu diketahui bahwasanya aktivitas belajar online sebenarnya telah menimbulkan pergeseran pola komunikasi yang banyak dihabiskan manusia dalam ruang digital. Kecanggihan teknologi komunikasi saat ini dimanfaatkan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain terlebih di masa covid-19 ini segala sesuatu nyaris tidak lepas dari persoalan sosial media baik kebutuhan komunikasi ataupun informasi. Terlebih pemaduan penerapan kebijakan work from home menjadi salah satu bukti bahwa budaya komunikasi telah bergeser dan harus mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru di era pandemi saat ini.Tidak hanya di sektor pendidikan, hampir di seluruh dimensi kehidupan memanfaatkan media siber untuk berinteraksi dengan orang lain. Fenomena komunikasi ini sejatinya menimbulkan problem baru yakni dengan banyak memanfaatkan sosial media sebagai alat komunikasi secara perlahan dapat membatasi pola komunikasi tatap muka dengan orang lain. Kerenggangan sosial yang terjadi kian memperlebar jarak komunikasi secara tatap muka (dengan wajah) dengan hadirnya media baru (new media) yang banyak menawarkan fitur yang lebih canggih dan praktis. Ketergantungan menggunakan media secara berlebihan dapat membentuk pribadi yang proaktif, padahal media digital hanyalah ruang semu. (Baudrillard, 1998:78). Dunia sesungguhnya adalah dunia nyata, di mana aktivitas manusia berkomunikasi secara tatap muka (dengan wajah), sehingga ikatan sosial-emosional akan terbentuk satu sama lain.
Dunia digital hanya membutuhkan akses internet untuk menampilkan dua orang atau lebih dalam satu jaringan dan tanpa membutuhkan biaya besar untuk mengakses internet. Keterhubungan pengguna dalam satu jaringan pada nantinya akan menghasilkan individu untuk saling berbagi informasi satu sama lain. (Fuch, 20114:35). Terlepas dari memadukan perkuliahan tatap muka dengan pembelajaran secara daring (dalam jaringan), pengguna dapat dengan mudah mengakses informasi secara baik. Hal inilah yang kerapkali dimanfaatkan sebagian orang dalam berinteraksi di dunia maya, sehingga semakin menciptakan model komunikasi baru.
Kembali pada fenomena pembelajaran tatap muka saat ini yang telah bergulir penting diperhatikan dan dikawal oleh seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Percepatan program vaksinasi dari pemerintah juga penting dilakukan sejumlah daerah dan perguruan tinggi guna memastikan masyarakat telah divaksin, utamanya pada kalangan mahasiswa yang hendak mengikuti pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi. Perlu diketahui, semenjak hadirnya Covid-19 pada awal tahun 2020 lalu telah memporak-porandakan hampir seluruh dimensi kehidupan, mulai dari sektor ekonomi, pariwisata, pendidikan, dan lain sebagainya. Imbasnya, perekonomian masyarakat di awal munculnya covid-19 awal tahun 2020 lalu betul-betul lumpuh total. Tidak terkecuali yang terjadi di sektor pendidikan. Sekitar satu tahun setengah, lembaga pendidikan tidak menggelar aktivitas pembelajaran dan digantikan melalui kegiatan belajar mengajar secara daring. Membutuhkan akses internet yang baik untuk dapat melaksanakan aktivitas belajar online.
