JAKARTA, KANALINDOESIA.COM: Britney Spears telah menjadi salah satu ikon musik pop paling terkenal di dunia sejak awal debutnya pada akhir 1990-an. Dia dikenal dengan suara popnya yang khas, penampilan panggung yang energik, dan video musik yang ikonik. Namun, perjalanan karirnya juga diwarnai dengan kontroversi dan perjuangan pribadi yang panjang.
Lahir pada tanggal 2 Desember 1981 di McComb, Mississippi, Amerika Serikat, Britney Spears menunjukkan bakat musik sejak usia dini. Ia mulai terjun ke dunia hiburan pada usia 8 tahun, mengikuti audisi di The Mickey Mouse Club, sebuah acara televisi populer untuk anak-anak.
Namun, dia benar-benar mencapai ketenaran global pada tahun 1998 ketika merilis album debutnya yang berjudul “…Baby One More Time”. Singel utama dengan judul yang sama meledak di tangga lagu dan menjadi hit nomor satu di berbagai negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kesuksesan Britney berlanjut dengan album-album berikutnya seperti “Oops!… I Did It Again” dan “Britney”. Dia menjadi salah satu artis dengan penjualan album terlaris di dunia dan mengumpulkan penghargaan musik bergengsi, termasuk Grammy Awards. Penampilan panggungnya yang energik dan gaya busananya yang unik membuatnya menjadi ikon gaya dan tren mode.
Namun, di balik kesuksesan profesionalnya, Britney Spears mengalami tekanan yang luar biasa di dunia selebriti. Pada tahun 2007, dia mengalami periode pribadi yang sulit dan publik yang dikenal sebagai “year of the breakdown” (“tahun kegagalan”). Britney dihadapkan pada tekanan media yang tak terelakkan, serangan pers yang intens, dan pengawasan ketat dari publik dan sistem peradilan.
Kemudian, pada tahun 2008, ayah Britney, Jamie Spears, mendapatkan wewenang sebagai konservator Britney, yang memberinya kendali atas keuangan dan aset pribadinya. Konservator ini menjadi fokus perdebatan yang intens dan kontroversial. Banyak penggemar dan aktivis hak asasi manusia percaya bahwa Britney menjadi korban pelecehan dan pemisahan kebebasan pribadi.
Pada tahun 2021, Britney menyampaikan kesaksiannya di pengadilan bahwa dia telah hidup dalam penjara emosional dan tidak memiliki kendali atas hidupnya sendiri. Komentarnya memicu gerakan “Free Britney” yang mendapatkan dukungan luas di seluruh dunia. Gerakan ini menyoroti isu kesejahteraan mental, hak individu, dan keadilan sistem hukum.
Pada tahun 2021 juga, pengadilan mengabulkan permohonan Britney untuk mengganti pengurus konservatornya. Hal ini menandai titik balik dalam perjuangan hukumnya dan memberinya kembali sebagian kebebasan pribadinya.(Aring_Kanalindonesia.com)
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com