Bisnis Kaesang Pangarep dan Rafi Ahmad Berguguran, Mengapa?

JAKARTA, KANALINDONESIA.COM:
Belakangan ini, bisnis Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep banyak yang tutup permanen. Setidaknya ada 4 bisnis kuliner Kaesang dan 7 bisnis Raffi Ahmad yang tumbang.
Dalam catatan detikcom, terdapat 4 bisnis kuliner putra bungsu Presiden Jokowi tersebut yang tutup. Di antaranya, Ternakopi, Goola, Madhang, dan Siapmas.
Sementara itu, terdapat 7 bisnis Raffi Ahmad dikabarkan tumbang. Ketujuh bisnis tersebut adalah Mango Bomb, Gigiet Cake. Nagitoz, Bakmi RN, Kingkong, RA Jeans dan RANS Nusantara.
Kegagalan keduanya menjadi bukti bahwa bisnis yang dibangun tokoh populer tidak menjamin sukses. Dalam bisnis ada pasang surutnya. Selain modal, dibutuhkan strategi yang matang agar bisnis tetap bertahan dan berkembang.
Apa yang salah dari bisnis Raffi dan Kaesang?
Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure Yuswohady menilai mayoritas bisnis artis hanya fomo atau mengikuti tren. Banyak artis yang mengikuti tren bisnis sebagai tempelan dan menaikkan popularitasnya.
“Artis ini kebanyakan bisnisnya yang hype seperti yang lagi hype resto apa atau makanan apa. Dulu grepek, sekarang geprek udah nggak begitu populer, ambil yang lain lagi. Nyari terus dari satu bisnis ke bisnis berikutnya. Dari satu hype ke hype berikutnya. Akhirnya, enggak akan pernah sustain,” ujarnya, Minggu (17/9), sebagaimana dikutip dari detik.com.
Yuswohady mengatakan tidak semua artis mempunyai jiwa businessman. Dalam berbisnis juga dibutuhkan keterampilan mengelola bisnis tersebut.
“Dia harus punya skill atau kompetensi. Misal punya bisnis resto mulai dari supply chain, pembelian barang, bagaimana menyusun, menu bagaimana marketing, bagaimana treat karyawan biar enggak keluar-keluar ada ilmu, butuh skill,” jelasnya.
Selain kemampuan, Yuswohady menilai ketekunan juga berperan penting. Agar bisnis bisa bertahan.
“Kedua, ketekunan. Kadang-kadang dia belum punya skill, tapi dia tekuni terus akhirnya skill terakuisisi gitu. Bisnis itu kuncinya ketekunan. Kualitas seorang entrepreneur itu ketekunan dalam waktu yang panjang, bukan cuma tiga bulan, enam bulan, setahun. Skill-nya jago pun kalau nggak istiqomah, nggak kerja keras, enggak tekun dalam jangka panjang, maka bisnis juga akan luruh, akan menguap,” tambahnya.
Menurut Yuswohady, popularitas artis memang mendukung. Tapi faktor lain yang lebih penting.
“Jadi, sebenarnya pengaruh dari artis yang brand-nya kuat bukan faktor yang terpenting. Yang terpenting adalah product quality, product innovation, di layanannya. Beli bukan karena melulu artisnya apalagi artisnya udah lalu. Jadi kuncinya tetap di produk,” ungkapnya.
Analisa itu disetujui oleh Pakar Pemasaran sekaligus Founder and Chairman MCorp Hermawan Kartajaya. Menurutnya keunikan barang yang dijual tetap lebih penting.
“Diferensiasi itu artinya pembeda, unik. Nggak usah jadi yang terbaik, nggak usah jadi yang bagus dari kompetitor, yang penting kamu punya keunikan. Makanya, itu keunikannya apa, bukan cuma murah, bukan cuma terkenal,” jelasnya.
Menurutnya diferensiasi bisa dilakukan melalui konten dan konteks.
“Diferensiasi bisa konten bisa konteks. Kalau konteks kan oh ini punyanya Raffi Ahmad punyanya Kaesang, konten kan itu betul-betul makanan ini bedanya dimana. Kalau cuma populer tok nggak bisa, tapi beberapa bisnisnya Kaesang dan Raffi Ahmad memang berhasil. Ada diferensiasi misal ada Beach Club di Padang, itu punya Raffi Ahmad. Saya pernah pergi, kan itu unik,” imbuhnya. Foto: fb rafi ahmad (Aring)