Soal Ketahanan Pangan, Begini Pandangan Pakar Antropologi UNAIR

- Editor

Jumat, 26 Januari 2024 - 11:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Ketahanan pangan (doc: republika.co.id)

Foto : Ketahanan pangan (doc: republika.co.id)


SURABAYA, KANALINDONESIA.COM: Ketahan Pangan menjadi salah satu tema dalam debat cawapres ke-4. Mengingat profesi petani pada saat ini jarang terjamah oleh generasi muda di Indonesia karena penghasilan yang tidak menentu. Permasalahan itu menjadi cukup pelik bagi Indonesia.

“Permasalahan terkait hilangnya minat generasi muda Indonesia untuk berprofesi sebagai petani memang sudah terjadi sejak lama. Ya, karena model pendidikan saat ini sifatnya modern teknis yang tidak berhubungan secara langsung dengan pertanian,” tutur Pakar Antropologi UNAIR, Yusuf Ernawan, Drs., M.Hum kepada Unair News. Jumat, (26/1/2025).

Yusuf menjelaskan, permasalahan tersebut sudah terjadi pada tahun 1830-an hingga sekarang. Permasalahan itu, pernah dijelaskan oleh Clifford Geertz dalam teori Involusi. Yang mana ketertarikan orang desa terhadap kawasannya mengalami penurunan setelah munculnya perkotaan dan model-model pendidikan yang bersifat modern teknis.

Keikutsertaan Instansi Pendidikan dan Pemerintahan

“Permasalahan terkait mengurangi dan mencegah adanya migrasi yang arahnya juga menimbulkan permasalahan ketahanan pangan. Instansi pendidikan dan pemerintahan sudah melakukan banyak penanggulangan preventif, seperti KKN, pengabdian, sosialisasi, dan lain sebagainya,” bebernya.

Akan tetapi, orientasinya pada masa kini memang sudah berbeda. Sarjana-sarjana atau eli-elit yang tinggal di kota dan bekerja di bidang jasa jika dipaksakan pulang ke desa akan mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan skillnya, karena memang tidak sejalan. Selain itu, tingkat kreativitas setiap individu juga berbeda untuk bertahan.

Solusi Ketahanan Pangan Kota

Yusuf mengatakan, jika melihat dari sisi antropologi untuk membantu permasalahan ketahanan pangan. Dapat terlihat jika memposisikan sebagai masyarakat yang mengalaminya.

Apabila memposisikan sebagai masyarakat kota yang memiliki pekerjaan di kota, maka pemerintahan dapat membuatkan beberapa program. Seperti desa budidaya, desa hijau, dan gardening house dengan memanfaatkan atap rumah.

“Dulu di Rungkut, pada zamannya bu Risma. Penduduk desa setempat sering sekali melakukan penanaman cabai, tomat, kangkung. Melalui pot-pot sepanjang jalan gang-gang. Nah itu kan bisa menanggulangi perekonomian ketahanan pangan,” ungkapnya.

Cabai di zaman 80an belum menjadi indikator inflasi. Sedangkan pada masa sekarang menjadi indikator inflasi karena menjadi kebutuhan pokok dan harganya mengalami kenaikan yang tinggi. Dengan penanaman cabai di pot itu dapat membantu ketahanan pangan kota.

Bukan hanya itu, Yusuf juga menambahkan bahwa, Surabaya sudah memanfaatkan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) bersama dengan masyarakat desa untuk menanam kebutuhan pokok seperti jagung, singkong, dan berbagai usaha lainnya yang dapat membantu perekonomian dan ketahanan pangan kota.

Solusi Ketahanan Pangan Desa

Sedangkan untuk masyarakat pedesaan perlu mendapatkan sosialisasi terkait penggunaan teknologi pertanian, diberikan teknologi pertanian, dan memberikan subsidi pupuk. Seperti di Jepang dan Australia, yang mana melakukan pertanian hanya membutuhkan 1 orang saja dengan menggunakan berbagai alat canggih pertanian. Dan hal tersebut lebih efisien. (ari)

Baca Juga :  Peringati Hari Mangrove Sedunia, Khofifah Ajak Masyarakat Melakukan Aksi Nyata Pelestarian Mangrove , Lindungi Ekosistem Pesisir

Berita Terkait

PLN UP3 Sidoarjo, Luncurkan Program Gerakan 100 Hari Grebek Daftar Tunggu
BBK 4 UNAIR dan UPT SD Negeri 230 Gresik, Sinergi untuk Kreativitas Disiplin, dan Kebersihan
13 Calon Kepala Daerah di Jatim Terima Surat Maju Pilkada 2024
Gus Fawait Terima Surat Tugas dari Golkar Maju Pilkada Jenber
Partai Golkar Resmi Usung Sugiri-Lisdyarita dalam Pilbup 2024 Ponorogo
Ulah Pemborong Nakal, Pembangunan Gedung Berlantai 2 SMPN 1 Bangkalan Mangkrak
Seorang Perangkat Desa di Ponorogo Jadi Tersangka Gara-gara Selewengkan Dana Desa
BPBD Tetapkan Ponorogo Siaga Kekeringan dan Karhutla

Berita Terkait

Sabtu, 27 Juli 2024 - 11:12 WIB

PLN UP3 Sidoarjo, Luncurkan Program Gerakan 100 Hari Grebek Daftar Tunggu

Sabtu, 27 Juli 2024 - 08:15 WIB

BBK 4 UNAIR dan UPT SD Negeri 230 Gresik, Sinergi untuk Kreativitas Disiplin, dan Kebersihan

Sabtu, 27 Juli 2024 - 04:49 WIB

13 Calon Kepala Daerah di Jatim Terima Surat Maju Pilkada 2024

Sabtu, 27 Juli 2024 - 04:43 WIB

Gus Fawait Terima Surat Tugas dari Golkar Maju Pilkada Jenber

Jumat, 26 Juli 2024 - 17:29 WIB

Partai Golkar Resmi Usung Sugiri-Lisdyarita dalam Pilbup 2024 Ponorogo

Jumat, 26 Juli 2024 - 16:22 WIB

Ulah Pemborong Nakal, Pembangunan Gedung Berlantai 2 SMPN 1 Bangkalan Mangkrak

Jumat, 26 Juli 2024 - 13:18 WIB

Seorang Perangkat Desa di Ponorogo Jadi Tersangka Gara-gara Selewengkan Dana Desa

Jumat, 26 Juli 2024 - 12:43 WIB

BPBD Tetapkan Ponorogo Siaga Kekeringan dan Karhutla

KANAL TERKINI