PONOROGO, KANALINDONESIA.COM: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo menetapkan status siaga darurat kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (Karhutla) menyusul musim kemarau yang sudah tiba.
Diketahui, penetapan status siaga ini mengacu pada data scientific dari BMKG jawa timur yang menunjukan bahwa Ponorogo sudah memasuki musim kemarau.
Masun, Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengungkap bahwa Ponorogo sudah sejak bulan Juni lalu berstatus Siaga bencana kekeringan dan kebakaran hutan & lahan (Karhutla).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Himbauan dari BMKG sebenarnya sudah kami terima sejak bulan Mei lalu. Kemudian ditindak lanjuti oleh surat edaran bupati yang menyatakan Ponorogo berstatus Siaga Kekeringan dan Karhutla dan resmi berlaku pada 1 Juni 2024 lalu,”ungkapnya. Jumat (26/7/2024).
Menindaklanjuti surat edaran bupati, pihak BPBD kemudian membuat surat himbauan yang ditujukan kepada Pemangku kebijakan di kecamatan.
“Menindaklanjuti surat edaran yang sudah berlaku, sekitar minggu pertama bulan juni lalu kami membuat surat himbuan yang ditujukan kepada pemangku kebijakan di setiap kecamatan untuk kemudian diteruskan kepada kepala desa se-Ponorogo bahwa sudah berstatus siaga darurat kekeringan dan Karhutla,”lanjutnya.
Dia menyatakan bahwa Ponorogo sudah mengalami penurunan intensitas hujan dan menyebabkan sumber-sumber air mulai berkurang debit airnya. Pasalnya, hujan terakhir berlangsung pada hari penutupan Grebeg Suro 2024 lalu dan sudah tidak ada hujan lagi setelahnya.
Dirinya bersama tim BPBD juga telah melakukan assessment terhadap desa-desa rawan kekeringan dengan menghasilkan 13 desa dari 6 kecamatan berpotensi kekeringan.
“Ada 13 yang kami assessment mengacu data kekeringan setiap tahun, desa-desa tersebut tersebar di 6 kecamatan seperti Badegan dan slahung,”ungkapnya.
Hasil dari assessment tersebut, bahwa jika jumlah hujan tanpa hari sudah menyentuh 45 hari, maka dipastikan daerah tersebut mengalami kekeringan.
“Hasil dari assessment yang kami lakukan minggu lalu yaitu jika jumlah hujan tanpa hari sudah menyentuh 45 hari, maka kami bisa pastikan daerah tersebut kekeringan,”jelasnya.
Terkait kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), dia juga mengatakan sudah ada 3 kejadian terhitung sejak status siaga darurat ditetapkan.
“Untuk Karhutla, kami sudah menangani 3 kejadian. semuanya berlokasi diatas gunung dan berada di hutan milik Perhutani, seperti di Sukorejo 22 juni lalu, di Gunung Lawar 17 juli, dan yang terakhir di Wates/Duri Slahung pada 19 juli kemarin,”pungkasnya. (Imam_kanalindonesia.com
Baca berita lainnya di Google News Kanalindonesia.com