GRESIK,KANALINDONESIA.COM: PT. Hope Metal Indonesia yang berdomisili di Jalan Raya Wringinanom KM 33,2, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jatim, timbulkan bau tak sedap melalui gas buang atau asap pabrik. Dari kejauhan terlihat membumbung tinggi cerobong asap yang berada didalam pabrik, yang setiap saat keluarkan emisi.
Akibat gas buang yang ditimbulkan oleh produsen kawat bendrat itu, warga Dusun Tanggungan resah, tak hanya warga, tetangga pabrik produsen kawat itu juga mengeluh. Akibat bau yang menyengat yang ditimbulkan dan debu hitam.
Pada Selasa pagi, (30/1/2024) ketua RW dusun setempat, Makin, mendatangi kantor PT HMI untuk meminta pertanggungjawaban akibat ulah yang ditimbulkan. Pihak PT HMI sempat melarang masuk dua orang perwakilan warga, alasannya manager pabrik belum datang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya diperintahkan orang kantor untuk bikin janjian dulu mas, kalau mau ketemu pak Andi (manager pabrik- red), tidak bisa langsung datang,” kata seorang satpam.
Dua orang perwakilan warga sempat debat dengan Satpam, akhirnya dua orang perwakilan warga dipersilahkan masuk, setelah anggota Satpam diminta Makin, menghubungkan kebagian HRD melalui telepon selulernya.
Di kantor PT HMI, Makin dan seorang warga ditemui oleh Fajar, selaku pengelola outsourcing dan Siti, selaku admin kantor HMI. Fajar mengatakan pihaknya tidak tahu kalau PT HMI menimbulkan bau menyengat dan mengganggu warga.
“Dulu itu kita pernah ditegur lingkungan Dusun Tanggungan melalui pak RW yang lama, kaitan dengan asap dan bau, dan kami sudah memperbaiki cerobong asap kita, saat itu memang kurang tinggi,” kata Fajar.
“Bahkan seusai kita perbaiki cerobong itu, kami cek sendiri ke kampung, saat itu aman (versi Fajar),”lanjut Fajar.
Fajar juga sebut nama oknum anggota TNI AL dari warga setempat, yang sering komunikasi dengan dirinya, entah maksudnya apa?
Mendengar jawaban itu, Makin mengatakan hingga saat ini bau menyengat itu masih meresahkan warga.
“Sampek saiki, jik mambu pak, untung wong Tanggungan Iki sabar-sabar, disaat-saat tertentu malah menyengat, mohon untuk segera dicarikan solusi agar tidak mengganggu warga kami,” tandas Makin.
Siti admin PT HMI sempat menyanggah omongan perwakilan warga, bahwa HMI sudah memberikan taliasih untuk lingkungan sebesar 200 ribu perbulan.
“Tiap bulan ada petugas dari warga yang datang mengambil uang itu,”tutur Siti.
Dikatakan Wan, uang 200 ribu itu tidak sebanding dengan resiko yang diterima warga.
“Intinya kami meminta sumber dari polemik ini agar segera dibenahi. Kapan kami mendapat jawaban itu,” desak Wan.
“Kami segera laporkan masalah ini ke pimpinan pak, untuk jawabannya segera mungkin kami sampaikan ke njenengan, karena kami hanya seorang pekerja jadi tidak dapat memberi keputusan, lagian saat ini di kantor sepi, ada rekan yang tidak masuk,” ujar Siti.
Sekedar informasi, bahwa keberadaan PT HMI di wilayah tersebut mengontrak gudang eks pabrik sandal. Ditanya soal masa kontraknya habis, pihak manajemen PT HMI mengatakan yang pasti tahun ini kontrak kita habis.
“Fixnya kita tidak tahu, yang jelas pertengahan tahun ini kontrak kita habis. Urusan diperpanjang atau tidak, itu urusan bos, kita hanya pekerja,”pungkas Siti. (Irwan_kanalindonesia.com)