Seduh Emosi: Mengapa Kopi Lebih dari Sekadar Minuman

- Editor

Jumat, 3 Mei 2024 - 10:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh. Kolonel Laut (K) Dr. dr. Hisnindarsyah, SpKL. Subsp.KT(K),SE., M.Kes., MH., C.FEM, FISQua, FRSPH

Di tengah hiruk-pik kehidupan yang terus bergerak seperti ombak yang tak pernah berhenti, terdapat ritual sederhana yang dapat mengubah pandangan kita terhadap hari itu sendiri menikmati secangkir kopi. Kopi, lebih dari sekadar minuman, telah menjadi sebuah fenomena budaya yang melintasi batas geografis dan sosial, menawarkan bukan hanya kenikmatan rasa, tetapi juga kehangatan, kenyamanan, dan bahkan identitas.

Bagi seorang ahli kelautan yang biasa menghabiskan waktu berbulan-bulan di lautan lepas, kopi bukan hanya sekedar penghilang rasa kantuk, melainkan juga pengingat akan rumah; sebuah jembatan yang menghubungkan rasa rindu kepada keluarga dan kenormalan hidup di darat. Dalam setiap tegukan, ada rasa kebersamaan, kehangatan, dan nostalgia yang membawa kenangan akan rumah ke tengah samudra yang ganas dan tidak terprediksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kopi menjelma menjadi lebih dari sekadar cairan hitam dalam cangkir. Ia menjadi simbolisasi dari ‘rasa’ yang dapat dibeli dan dinikmati. Sebagaimana dikatakan dalam pepatah lama, “Orang tidak membeli barang, mereka membeli perasaan.” Kopi adalah bukti nyata dari ungkapan tersebut. Kopi menawarkan sebuah eksperimen sosial yang unik mengubah minuman biasa menjadi sebuah pengalaman yang kaya akan emosi.

Kopi memulai pagi kita, mengiringi malam kita, dan menjadi teman diskusi kita. Ia menjadi saksi bisu berbagai momen penting dalam hidup. Dari secangkir kopi pagi yang membangkitkan semangat baru, hingga kopi malam yang menjadi pendamping lembut saat kita menyelesaikan tugas-tugas yang tertunda. Kopi tidak hanya mengusir rasa kantuk, tetapi juga membuka pintu ke ruang dialog internal maupun komunikasi sosial.

Bicara mengenai sosial, kopi juga telah mengambil peran sebagai media sosial di dunia nyata. Kedai kopi menawarkan lebih dari sekedar kopi; mereka menyediakan ruang bagi komunitas untuk berkumpul, berbagi cerita, atau bahkan menciptakan karya. Atmosfer kedai kopi dengan suara gemercik espresso yang sedang diseduh, aroma kopi yang menyebar di udara dan suara canda tawa pelanggan, menciptakan suasana yang tidak bisa disamakan dengan tempat lain.

Kopi juga menjadi instrumen dalam ritual sosial kita, seringkali menjadi alat bagi orang untuk mengekspresikan diri atau status sosial mereka. Minum kopi, khususnya dari kedai yang trendi, bisa menjadi pernyataan sebuah cara untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita modern, terkini, dan sadar akan tren yang sedang berlangsung. Di sisi lain, latte art yang rumit atau metode penyajian kopi yang eksklusif sering kali digunakan sebagai simbol apresiasi terhadap seni dan keahlian.

Kopi, dengan segala kompleksitasnya, telah menjadi jendela bagi kita untuk melihat berbagai aspek kehidupan. Dari meningkatkan kesadaran akan nilai pertanian yang berkelanjutan—dimana biji kopi yang kita nikmati berasal dari petani di belahan dunia lain yang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik—hingga menjadi simbol perlawanan terhadap kecepatan kehidupan modern yang serba instan, mendorong kita untuk meluangkan waktu dan menikmati momen.

Namun, di balik semua kehangatan dan kedalaman filosofis yang ditawarkan kopi, tidak bisa diabaikan juga bahwa kopi memiliki efek fisiologis yang nyata. Kopi mengandung kafein, stimulan yang diketahui dapat meningkatkan kewaspadaan, memperbaiki mood, dan bahkan meningkatkan performa fisik. Tetapi seperti dua sisi mata uang, kopi juga bisa menjadi sumber kecemasan dan gangguan tidur jika dikonsumsi secara berlebihan.

Dari perspektif kesehatan, kopi memang sebuah paradoks. Di satu sisi, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi secara moderat bisa memberikan manfaat kesehatan, termasuk perlindungan terhadap penyakit Parkinson, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker. Namun, di sisi lain, kopi juga bisa memicu masalah pencernaan atau masalah kesehatan lain bagi beberapa orang.

Melihat kopi hanya sebagai minuman adalah pandangan yang sangat sempit. Kopi adalah peradaban, sejarah, dan budaya. Ia adalah cerminan dari bagaimana manusia dapat mengambil sesuatu yang sederhana dari alam dan mengubahnya menjadi sesuatu yang begitu kompleks dan penuh makna. Seperti lautan yang tak pernah berhenti mengajarkan kita tentang kehidupan, kopi mengajarkan kita bahwa setiap momen memiliki nilai dan kedalaman yang bisa kita eksplorasi lebih jauh.

Menikmati kopi, dalam banyak hal, mirip dengan menyelami lautan. Kedalaman yang kita rasakan ketika menikmati kopi, dari rasa, aroma, hingga perasaan yang ditimbulkannya, merupakan pengalaman yang unik dan pribadi. Dan seperti ombak yang terus menerus bergerak, kopi mengajak kita untuk terus bergerak, menjelajahi dan menikmati setiap momen dalam hidup ini dengan penuh kesadaran dan apresiasi.

Penulis adalah Anggota Majlis Tradisi Adat Nusantara( MATRA ) / Surveyor LAFKI

Berita Terkait

Mengurai Benang Harapan dalam Tapis Jaminan Kesehatan: Antara Realita dan Asa
Meningkatkan Performa Atletik dengan Oksigen Hiperbarik
Inspirasi dan Harapan dalam Survei Akreditasi Kiona Skin Clinic
Raih Juara 2 Kapolri Cup Menembak, Berikut Profil Bripda Mirabel Anggota Polres Gresik
Psikiatri Matra Laut : Kesehatan Jiwa di Tengah Gelombang samudera kehidupan
Tidur di Atas Pasir, Tradisi Unik yang Sudah Turun Temurun di Kampung Pasir Madura
1.300 Jamaah Haji Pamekasan Resmi di lepas, PJ Bupati Masrukin: Jaga Nama Baik Pamekasan
Mengenal Wisnu HP, Sosok Ketua Dewan Kesenian Ponorogo yang Mendunia

Berita Terkait

Minggu, 21 Juli 2024 - 21:11 WIB

Mengurai Benang Harapan dalam Tapis Jaminan Kesehatan: Antara Realita dan Asa

Selasa, 9 Juli 2024 - 07:12 WIB

Meningkatkan Performa Atletik dengan Oksigen Hiperbarik

Jumat, 14 Juni 2024 - 13:08 WIB

Inspirasi dan Harapan dalam Survei Akreditasi Kiona Skin Clinic

Senin, 10 Juni 2024 - 11:18 WIB

Raih Juara 2 Kapolri Cup Menembak, Berikut Profil Bripda Mirabel Anggota Polres Gresik

Kamis, 6 Juni 2024 - 12:38 WIB

Psikiatri Matra Laut : Kesehatan Jiwa di Tengah Gelombang samudera kehidupan

Rabu, 5 Juni 2024 - 11:50 WIB

Tidur di Atas Pasir, Tradisi Unik yang Sudah Turun Temurun di Kampung Pasir Madura

Senin, 3 Juni 2024 - 14:55 WIB

1.300 Jamaah Haji Pamekasan Resmi di lepas, PJ Bupati Masrukin: Jaga Nama Baik Pamekasan

Minggu, 2 Juni 2024 - 14:45 WIB

Mengenal Wisnu HP, Sosok Ketua Dewan Kesenian Ponorogo yang Mendunia

KANAL TERKINI