SURABAYA, KANALINDONESIA.COM: Empat orang anak asal Ogan Komering Ulu (Oku) Sumatera Selatan yang dijajakan di Aplikasi kencan MiChat ternyata masih berusia belasan tahun dan masih berstatus pelajar.
“Korban ada tetangga dengan mucikari dan saling mengenal, ada yang sudah paham lalu akan dijadikan PSK dan ada yang tidak paham. Rata-rata (usia korban) masih 15 sampai 17 tahun ini masih di tingkat SMP, mereka putus sekolah,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono saat pimpin rilis di Mapolrestabes Surabaya, Selasa (14/5/2024).
Terbongkarnya jaringan ini setelah salah seorang korban kabur dan melapor ke Polrestabes Surabaya. Sebanyak 7 orang diamankan, diantaranya Mami YK (24) dan 6 orang Joki Aplikasi MiChat di sebuah hotel di Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dijelaskan Hendro, mami YK baru menjadi mucikari di awal Januari 2024. Namun sebelumnya ia pernah menjadi PSK sejak tahun 2021.
“Dari pengakuannya, YK pernah jadi PSK di Surabaya. Dia bekerja 1 tahun, lalu ikut orang dan tertarik. Setelah pulang kampung ia berpikir lebih menguntungkan jadi mucikari daripada PSK,” ungkap Hendro.
Merasa lebih menguntungkan menjadi muncikari, ia memutuskan berhenti jadi PSK di akhir tahun 2023. Lalu, ia pulang ke kampung halamannya di Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan.
Selama di kampungnya, ia mengajak dan mengiming-imingi anak perempuan di sana. Ada yang ia jelaskan secara gamblang untuk dijadikan PSK, namun ada pula yang diajak sebagai karyawan toko di Kota Pahlawan.
“Lalu berhenti jadi PSK, pulang ke kampungnya, lali mencari calon-calon PSK lain, ada yang dijelaskan terang-terangan dan ada yang tidak,” ujarnya.
Kepada para calon korbannya kala itu, YK menyatakan seluruh korban yang ditawari adalah anak-anak perempuan. Terutama yang putus sekolah di jenjang SMP.
“YK menawarkan pada tetangga-tetangganya yang masih di bawah umur, dengan iming-iming gaji menggiurkan dan para korban dijanjikan bisa berbelanja macam-macam,” tandas Hendro.
Dalam praktiknya, Mami YK ternyata zalim terhadap para korban. Uang yang diterima dari pelanggan sama sekali tak dibagi kepada para korban.
Hendro menyebut hal ini karena Yeyen berdalih para PSK anak itu memiliki utang dan untuk membiayai kebutuhan selama tinggal di apartemen. Hal ini bertolak belakang dengan janjinya saat merekrut para korban.
“Janjinya ada uang yang dibagi, tapi faktanya tidak pernah ada bagian pada YK dengan alasan ada utang tinggal dan lain sebagainya, ini yang memicu salah satu korban dan melarikan diri lalu lapor ke kami,” tandas Hendro.
Padahal keuntungan yang didapat Yeyen dari bisnis ini bisa mencapai Rp 30 juta per bulannya. “Keuntungan rata-rata yang didapat hingga Rp 30 juta per bulan,” kata Hendro.
Sedangkan untuk tarif untuk setiap layanan pada pria hidung belang, Yeyen mematok bervariasi per jamnya. Yakni antara Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. **
Reporter: Ady_kanalindonesia.com